Soloraya
Rabu, 13 November 2013 - 22:15 WIB

GWO SRIWEDARI RUSAK : "Kembalikan Kemegahan Gedung Kebanggaan Solo"

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi GWO Sriwedari (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari Solo rusak. Salah seorang pengurus GWO, Muh Dalim kepada Solopos.com, Rabu (13/11/2013), mengatakan perbaikan terakhir dilakukan dua tahun lalu.

Itu pun dilakukan oleh seorang Kapolda yang sering datang dan menonton pertunjukan di GWO. Melihat kondisi bangunan yang rusak itu, ia memeperbaiki beberapa sisi bangunan agar tampak enak dilihat.

Advertisement

“Perbaikan seadanya saja, di bagian atapnya dicat warna hitam seperti sekarang ini, kemudian perbaikan atap-atap di sekeliling gedung, tapi setelah tiga bulan rusak lagi, karena direnovasi sekadarnya saja,” paparnya.

Salah seorang budayawan, S.T Wiyono turut prihatin dengan kondsi GWO yang makin rusak. Menurutnya, setiap masyarakat Solo memiliki kenangan yang tidak terlupakan di gedung yang telah berusia lebih dari 100 tahun itu. Sewaktu mudanya, ia sering pentas memainkan seni pertunjukan bersama budayawan lainnya.

“Waktu kecil, saya sering diajak kakek saya nonton wayang orang di gedung itu. Waktu muda, sering juga pentas bersama dengan teman-teman saya. Waktu ada pertunjukkan, penontonnya banyak sekali, sampai pada manjat-manjat dinding,” paparnya.

Advertisement

Melihat kondisi sekarang ini, ia berharap GWO bisa menjadi primadona kembali seperti pada masa kecil dan mudanya dulu. Karena, GWO bisa dikatakan sudah tidak bisa dilepaskan dari ingatan masyarakat Kota Solo.

“Saya berharap bisa renovasi kembali, tapi tidak mengubah bentuk bangunannya. Biarkan seperti itu saja, yang perlu ditambah adalah konten pertunjukkannya agar bisa dibuat menjadi lebih menarik, biar penontonnya ramai seperti zaman saya dulu,” jelasnya.

Kasi Seni Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Sudyanto mengaku telah mengetahui kerusakan-kerusakan yang semakin parah tersebut. Tidak hanya dari fisik bangunan, ia mengatakan peralatan teknis panggung seperti lighting [pencahayaan] dan background panggung juga sebenarnya tidak layak digunakan.

Advertisement

“Wayang orang semakin banyak peminatnya, terutama setiap malam Kamis dan malam Minggu, jumlah penontonnya mencapai lebih dari 200 orang. Melihat kerusakan bangunan dan peralatan teknis panggung tersebut memang harus segera di benahi. Pemasalahan lainnya juga tidak adanya orang yang berkompeten untuk mengurusi alat-alat sound system-nya,” ujarnya.

Hartini, 44, perempuan ini duduk sendirian di salah satu kursi penonton di GWO. Sejak lahir Hartini sudah tinggal di dalam kompleks Sriwedari. Kesehariannya, Hartini adalah penjual makanan tepat di depan GWO. Dahulunya, ayah Hartini merupakan salah satu pemain di pagelaran wayang orang.

“Dulu waktu kecil sering lihat bapak manggung, sampai sekarang juga saya sering lihat pementasan wayang orang. Tapi kalau turun hujan air masuk ke dalam gedung, pokoknya di dalam gedung ini banjir,” ceritanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif