News
Senin, 11 November 2013 - 13:45 WIB

Ekonomi Melambat, Kredit UMKM Malah Meningkat

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi produk kerajinan UMKM (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Harianjogja.com, JOGJA-Pertumbuhan ekonomi saat ini cenderung melambat. Namun, kondisi ini justru membuat pertumbuhan kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami kenaikan hingga 21,83%.

Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY Djoko Raharto mengatakan penyaluran kredit UMKM sampai dengan akhir September 2013 tercatat Rp10,6 triliun. “Kredit kepada UMKM masih menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi,” ujar Djoko, Jumat (8/11/2013).

Advertisement

Kredit UMKM banyak digunakan untuk kegiatan produktif, baik dalam bentuk modal kerja maupun investasi. Peningkatannya cukup tinggi pada September 2013 terhadap Desember 2012. Peningkatannya mencapai 21,83% dengan jumlah debitur mencapai 270.795 rekening.

Kenaikan tertinggi terjadi pada jenis kredit investasi sebesar 60,80% menjadi Rp3,73 triliun. Sedangkan untuk pembiayaan modal kerja naik 9,46% menjadi Rp7,24 triliun. “Walaupun melambat [pertumbuhan ekonomi], tampaknya turut mendukung perkembangan pembiayaan terhadap UMKM yang menjadi salah satu ciri khas perekonomian DIY,” tandas Djoko.

Peneliti Senior Bank Indonesia ini juga menuturkan outstanding kredit yang disalurkan perbankan pertumbuhannya sedikit melambat apabila dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir September 2013 kredit yang disalurkan sebesar Rp25 triliun. Penyaluran tersebut naik 14,46% dibandingkan posisi Desember 2012. “Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang naik 15,28 persen,” jelas Djoko.

Advertisement

Djoko mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada kredit konsumsi dan modal kerja. Pada September 2013 kedua skim kredit ini masing-masing hanya tumbuh 7,57% dan 9,61%. Skim kredit tersebut di bawah pertumbuhan September 2012 yang masing-masing mencapai 10,88% dan 15,29%.”Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit ini ditengarai merupakan dampak dari kebijakan moneter yang saat ini cenderung kontraktif,” jelas Djoko.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif