Soloraya
Rabu, 30 Oktober 2013 - 04:30 WIB

Jembatan Penghubung 2 Kecamatan di Karanganyar Ambrol

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintas di jembatan penghubung dua kecamatan di Desa Matesih, Karanganyar, Selasa (29/10/2013). (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Jembatan penghubung antara Dusun Beyan, Desa Dawung, Matesih, dan Dusun Kepuh, Desa Sringin, Kecamatan Jumantono, ambrol. Kendati telah rusak sejak tiga tahun lalu, belum pernah ada perbaikan yang dilakukan pemerintah terhadap jembatan itu.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (29/10/2013), kondisi jembatan yang membelah Kali Samin itu kian kritis. Bagian tengah jembatan telah ambrol, sehingga tak lagi dapat dilintasi sepeda motor ataupun kendaraan roda empat. Warga sekitar hanya menutup sebagian badan jembatan dengan bambu supaya tetap dapat dilewati pejalan kaki.

Advertisement

Ketua RW 011 Dusun Gondang, Desa Sringin, Paimin, 52, menyatakan jembatan itu telah rusak selama lebih dari tiga tahun. Awalnya, hanya sebagian badan jembatan yang ambrol karena dimakan usia.

“Dulu masih ada yang bisa dilewati sepeda motor. Sekarang sudah ambrol semua jadi akses antara Desa Sringin dan Desa Dawung terputus,” ungkap dia saat dijumpai wartawan di sekitar jembatan Dusun Beyan, Selasa (29/10).

Menurut Paimin, kerusakan jembatan yang paling parah terletak di sisi selatan, sehingga termasuk dalam kawasan Jumantono. Selama ini, warga setempat telah berupaya memperbaiki jembatan dengan peralatan seadanya.

Advertisement

“Kami bisanya ya hanya menyambung bagian jembatan yang ambrol dengan bambu, tapi kan itu hanya jalur darurat. Mana ada yang berani lewat, jalur daruratnya kan kurang kuat, sungainya juga sangat curam,” kata dia.

Akibat kerusakan itu, warga Matesih harus mencari jalur alternatif lain saat ingin ke Jumantono, demikian sebaliknya. Distribusi hasil pertanian dari kedua wilayah pun menjadi terhambat karena mobil pikap tak lagi dapat melintasi jembatan penghubung Matesih dan Jumantono itu.

“Sebenarnya lewat jembatan itu bisa lebih dekat dan menghemat waktu, tapi karena kondisinya seperti itu ya terpaksa cari jalan lain. Jangankan mobil atau sepeda motor, sepeda onthel saja enggak berani lewat, paling hanya dituntun,” tutur seorang warga Dusun Beyan, Desa Dawung, Darso, 49.

Advertisement

Darso mengungkapkan jembatan itu dibangun sekitar tahun 1981 hingga 1982 silam. Pembangunan pun kali pertama dimulai dengan gotong royong masyarakat sekitar. Hingga kini, belum pernah ada perbaikan maupun pembangunan ulang yang dilakukan pemerintah. Oleh sebab itu, warga berharap pemerintah segera memberi perhatian atas kondisi jembatan itu.

“Harusnya ya segera diperbaiki, soalnya sudah lama rusak, jembatan itu juga sangat penting bagi masyarakat,” harap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif