Soloraya
Sabtu, 26 Oktober 2013 - 17:00 WIB

GELOMBANG TINGGI LAUT : Tak Panen Rumput Laut, Nelayan Paranggupito Andalkan Lobster

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua Kapal Nelayan Dihantam Ombak Pantai Depok. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Dua Kapal Nelayan Dihantam Ombak Pantai Depok. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com, WONOGIRI –– Gelombang ombak tinggi membuat nelayan Kecamatan Paranggupito tak berani melaut. Akibatnya mata pencaharian dia saat ini terfokus pada lobster. Padahal di musim sekarang ini, para nelayan
bisa mendapatkan mata pencarian lain seperti rumput laut.

Advertisement

Penegasan itu disampaikan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Wonogiri, Sucipto saat ditemui Solopos.com di Kantor Kecamatan Paranggupito, Sabtu (26/10/2013).

“Gelombang ombak masih tinggi, sekitar lima meter hingga enam meter. Karena itu, nelayan tak berani melaut. Nelayan hanya memfokuskan pada penangkapan lobster dengan menebar jaring apung atau istilah ngrendet.”

Seorang nelayan, ujarnya, menyebar krendet 15 buah hingga 20 buah. Diakuinya, gelombang tinggi menurunkan penghasilan nelayan. Pasalnya, bulan Oktober hingga Desember merupakan musim rumput laut.

Advertisement

“Walau merugi, nelayan tetap bersyukur karena setiap hari bisa menangkap lobster seberat empat ons hingga satu kilogram.”

Harga lobster per kilogram bervariasi antara Rp200.000 hingga Rp400.000. sedangkan per ons dinilai Rp80.000. Sedangkan harga rumput laut per kilogramnya senilai Rp6.000.

“Bulan-bulan seperti ini merupakan musim rumput laut. Setiap nelayan mampu panen lima kuintal hingga enam kuintal per harinya. Namun cuaca angin yang masih besar sehingga gelombang tinggi. Nelayan takut terdampar di karang jika memaksakan diri melaut.”

Advertisement

Ditegaskannya, angin topan dari Australia masih menjadi momok para nelayan Paranggupito.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif