Lifestyle
Minggu, 20 Oktober 2013 - 12:45 WIB

Operasi Laparoskopi Hanya Butuh Sayatan Kecil

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah peserta workshop laparoskopi menyaksikan cara operasi menggunakan peralatan canggih itu di RS Jogja, Jumat (18/10/2013). (JIBI/Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Harianjogja.com, JOGJA--Teknik pembedahan dengan sayatan menggunakan pisau operasi tak perlu lagi dicemaskan. Saat ini, prosedur bedah atau tindakan operasi berkembang semakin efektif dan efisien. Dengan teknik operasi laparoskopi banyak keuntungan yang didapat pasien penyakit batu empedu, usus buntu, tedun, tumor usus dan penyakit dalam tubuh lainnya.

Laparoskopi merupakan suatu tindakan memasukan alat laparoskopi dalam rongga peritoneal untuk mendiagnosis penyakit dan sebagai terapi. Pola bedah seperti itu juga disebut sebagai operasi minimal invansif (MII). Yakni, operasi hanya dilakukan di perut melalui sayatan yang kecil antara 0,5 cm hingga 1,5 cm. Peralatan canggih tersebut tersambung dengan monitor yang disebut sistem HDTV.

Advertisement

“Dokter dapat melihat dan melakukan oerasi minimal invansif ke organ yang terdapat dalam rongga perut,” ungkap dokter konsultan bedah digestif di rumah sakit (RS) Jogja Yunada Hadiyono Riwukaho kepada Harian Jogja seusai mengisi workshop laparoskopi di Aula Utama RS Jogja, Jumat (18/10/2013).

Operasi semua penyakit, katanya, bisa diselesaikan lewat laparoskopi. Mulai penyakit cholelithiasis (batu empedu), appendicitis (usus buntu), hernia (tedun), tumor calon (tumor usus), peleasan adhesi (perlengketan usus) dan penyakit dalam tubuh lainnya. Hanya, lanjut dia, untuk beberapa hal sang pasien perlu diobservasi. “Misalnya, yang memiliki asma akut tidak disarankan menggunakan peralatan ini,” kata dia.

Sebab, katanya, setelah peralatan laparoskopi masuk dalam rongga perut dokter akan memberikan gas CO2 ke dalam rongga peritoneal untuk mempermudah visualisasi. Selanjutnya, operasi dijalankan melalui selang kecil (trokar) yang dimasukkan lewat sayatan kecil. Kamera video yang dilengkapi dengan sumber cahaya dengan peralatan bedah kecil-kecil itulah yang disebut laparoskopi. Dengan peralatan tersebut, dokter dapat melihat bagian yang perlu dioperasi melalui layar monitor.

Advertisement

“Dokter tidak perlu membuka perut pasien secara lebar. Cukup mengontrol keadaan dalam perut melalui layar monitor. Selain mudah dan cepat, proses penyembuhan atau pemulihan peristaltik usus (pergerakan usus) setelah operasi jauh lebih cepat. Efeknya kepada pasien juga baik,” ungkap alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu kepada Harian Jogja.

Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pasien dengan operasi laparoskopi? “Biaya yang dibebankan kepada pasien bedah laparoskopi ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jogja. Untuk saat ini, biaya tindakan bedah sekitar Rp3 juta. Jika di rumah sakit lain apalagi swasta, mungkin biayanya lebih besar. Tetapi, untuk pasien Jamkesmas tidak ditarik biaya,” kata Yunada.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif