Soloraya
Kamis, 17 Oktober 2013 - 07:00 WIB

UDANG GALAH : Produksi Nasional Budi Daya Udang Galah Masih Minim

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Panen Udang Galah (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Panen Udang Galah (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Produksi nasional budi daya udang galah di Indonesia saat ini diakui masih sangat minim. Padahal pasar komoditas tersebut terbuka luas.

Advertisement

Hal itu dikemukakan Direktur Produksi Direktorat Jenderal (Ditjen) Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Coco Kokarkin Sutrisno, ketika menghadiri Temu Lapang Udang Galah, sekaligus panen raya udang galah yang dibudidayakan petani Kelompok Tani Mina Padi di Desa Cepoko Sawit, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Rabu (16/10/2013).

Coco menyebutkan tahun lalu, produksi nasional udang galah baru sekitar 400.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri saja, diakui belum mencukupi. “Memang untuk produksi udang galah relatif tinggi, tapi untuk peningkatan produksinya lambat,” ungkapnya.

Padahal menurut Coco, produksi udang galah tersebut potensial untuk menjadi komoditas ekspor dengan harga jual yang lebih tinggi. Saat ini, ungkapnya, harga jual udang galah di pasar dalam negeri rata-rata mencapai Rp75.000/kilogram. Sementara di pasar ekspor, harganya bahkan mencapai Rp90.000/kilogram.

Advertisement

Coco mengapresiasi positif keberhasilan petani di Desa Cepoko Sawit yang menjadi kelompok percontohan bagi budi daya udang galah di Kabupaten Boyolali. Pihaknya berharap keberhasilan budi daya tersebut nantinya dapat dikembangkan dan juga diterapkan di desa-desa lainnya.

Ugadi

Coco juga mengatakan pihaknya bakal menerapkan sistem pengembangbiakan sistem udang galah dan padi (ugadi). Hal itu bertujuan mendongkrak pendapatan petani. Pasalnya, luasan sawah terus mengalami penyusutan hingga 100.000 hektare/ tahun. Jika tidak diimbangi dengan upaya lain, maka kesejahteraan petani bakal terus merosot. “Dengan ugadi, tanaman padi juga mendapat pasokan pupuk dari kotoran udang.”

Advertisement

Jika upaya peningkatan direspons positif, maka peningkatan produksi dipastikan bisa tercapai. Saat ini, produksi terpusat di Sumatra, Kalimantan dan Jawa.

Sementara itu, Bupati Boyolali, Seno Samodro juga mengapersiasi keberhasilan petani tersebut. Bupati meminta agar para petani di desa itu serius menekuni dan mengembangkan program itu dengan menerapkan manajerial yang baik. Pihaknya siap untuk memfasilitasi pengembangan budi daya udang galah di Desa Cepokosawit. Saat ini, para petani telah mendapatkan sejumlah bantuan, termasuk pembangunan kolam serta perbaikan akses jalan.

“Insya Allah bantuan akan kami tambah dua membran dan modal, dengan cara kelompok tani ini mengajukan proposal. Tapi kami ingatkan, agar budi daya ini dikembangkan dengan serius,” imbuh dia.

Kepala Desa (Kades) Cepoko Sawit, Slamet Raharjo menyebutkan saat ini hasil panen baru sebanyak 1 kuintal setiap dua pekan sekali. Diungkapkan dia, infrastruktur pendukung program tersebut saat ini telah mencapai 50 persen. Januari 2014 diharapkan infrastruktur sudah mencapai 80 persen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif