Soloraya
Senin, 14 Oktober 2013 - 23:45 WIB

Wayang & Gamelan Sukoharjo Dipasarkan ke Australia

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Selandia Baru yang tergabung dalam grup gamelan Padhang Monchar dan Taniwha Jaya pentas di Plaza Sriwedari, Solo, Minggu (14/7/2013). Mereka berkeliling ke sejumlah kota di Indonesia untuk memamerkan keahlian memainkan gamelan, antara lain di Jakarta, Jogja, Solo, Malang dan Bali. (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO -—Seni kerajinan gamelan dan wayang kulit yang dibuat oleh sejumlah perajin di Desa Keprabon, Polanharjo dipasarkan hingga ke luar negeri. Hal ini diungkapkan sejumlah perajin saat ditemui Solopos.com, Senin (14/10).

Salah satu perajin gamelan, Singgih Jarot Marwoto, 50, mengatakan, gamelan hasil karyanya saat ini tersebar hingga ke Malaysia dan Australia. Para pembeli, lanjut Singgih, biasanya merupakan wisatawan asing yang langsung datang ke pabrik milik Jarot di Dukuh Kuwel, Keprabon.

Advertisement

“ Kebanyakan wisatawan asing yang sengaja ingin membeli seperangkat gamelan. Mereka diantar oleh para pemandu wisata ke pabrik saya ini. Akhir-akhir ini banyak pembeli dari Australia,” ungkapnya.

Singgih mengungkapkan, para pembeli asing tidak terlalu mempermasalahkan harga gamelan. Mereka, kata Singgih, mengutamakan kualitas gamelan daripada harganya.

Selain wisatawan, Singgih mengaku sering menerima pesanan dari berbagai perguruan tinggi luar negeri. Biasanya, kata Singgih, jika pembelinya adalah perguruan tinggi, yang datang ke pabriknya adalah pihak perantara atau makelar.

Advertisement

“Kalau dari luar negeri, harga tidak masalah. Mereka biasa meminta bahan dari perunggu dan seng. Harganya antara Rp200 juta hingga Rp500 juta. Kalau dari perguruan tinggi, biasanya ada makelar,” paparnya.

Singgih mengatakan, permintaan gamelan paling banyak justru datang dari luar negeri. Untuk pasar dalam negeri, Singgih mengatakan pesanan hanya berasal dari instansi pendidikan.

Sementara itu, hal yang sama diungkapkan oleh salah satu perajin wayang kulit, Hanggono, 54. Hanggono mengatakan, wayang kulit miliknya sering dipesan oleh turis asing. Bahkan, Hanggono mengakui, beberapakali dirinya menerima pesanan dari Jerman.

Advertisement

“Wayang kulit dari Keprabon sudah banyak dikenal di kalangan pelaku wisata. Biasanya ada turis yang datang ke sini dan memesan wayang kulit. Saya beberapakali mengirim wayang kulit ke Jerman,” terangnya.

Hanggono menambahkan, secara rutin, dirinya mengirim kerajinan wayang kulit miliknya kepada pengepul di Semarang. Satu buah wayang kulit, lanjut Hanggono, harganya bervariasi tergantung tingkat kesulitan saat pembuatannya. Harga paling murah, kata Hanggono adalah Rp600.000, sementar untuk harga termahal bisa mencapai Rp6.000.000.

Hanggono mengatakan, sebenarnya usaha kerajinan wayang kulit sangat menjanjikan. Namun, Hanggono mengakui, faktor regenerasi menjadi kekhawatirannya saat dirinya tak lagi menekuni usaha tersebut.

“Saya khawatir, perajin wayang kulit sekarang mulai berkurang. Anak-anak sekarang kurang berminat menekuni usaha ini. Mudah-mudahan, kedepan banyak peminat usaha ini yang mau berlatih membuat wayang kulit,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif