Entertainment
Kamis, 10 Oktober 2013 - 02:16 WIB

DRAMA TARI : Roro Mendut Gugat Eksploitasi Perempuan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan drama tari berjudul Roro Mendut garapan koreografer Dwi Windarti yang dipentaskan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, beberapa waktu lalu. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Posisi perempuan di zaman yang serba maju telah bergeser dari sekadar kanca wingking. Namun kondisi ini tidak membuat posisi perempuan menjadi lebih baik. Sebagian perempuan kerap dimanfaatkan sebagai “alat” untuk kepentingan politik dan ekonomi.

Keberadaan perempuan yang kerap dieksploitasi mendorong koreografer muda Solo, Dwi Windarti, untuk mengangkat tema ini dalam pementasan drama tari berjudul Roro Mendut. Karya koreografer peraih Empowering Women Artist (EWA) 2012-2013 ini bakal dipentaskan di Teater Arena Taman Budaya Surakarta, Senin-Selasa (21-22/10/2013) mendatang.

Advertisement

Kisah Roro Mendut kali ini berbeda dengan Roro Mendut biasanya yang berakhir tragis dengan adegan bunuh diri. Koreografer yang akrab disapa Winda ini bakal memberikan warna berbeda menggambarkan Roro Mendut yang lebih berdaya.

“Roro Mendut ini sengaja ditampilkan berbeda dari biasanya. Walaupun digambarkan sebagai perempuan yang menarik, energik, dan manut, dia tidak pasrah dengan keadaan. Pada akhirnya dia tetap mau melawan,” terang Winda kepada wartawan, Rabu (9/10/2013).

Dalam drama tari yang dikemas secara kontemporer ini, Winda menampilkan kisah Roro Mendut yang menjadi penjaja rokok pada masa Kerajaan Mataram. Oleh kekasihnya, Pranacitra, kecantikan Roro Mendut dimanfaatkan untuk menjual rokok candu di seantero Mataram.

Advertisement

“Rokok candu yang dijajakan di sini menjadi simbol penjajahan secara halus. Awalnya, Roro Mendut memang menuruti perintah Pranacitra. Tapi di akhir cerita akan ditampilkan perlawanan lewat peperangan. Peperangan ini menjadi simbol kekuatan perempuan dalam menggugat penjajahan [dalam bentuk] apa saja,” katanya.

Koreografer yang sebelumnya menggarap Women On ini menilai penggarapan isu-isu perempuan selalu kontekstual dengan perkembangan zaman. “Isu perempuan sampai saat ini masih menarik digarap. Meskipun perempuan sudah ‘merdeka’ tapi sampai saat ini masih sering diperalat untuk berbagai kepentingan. Enggak perlu meributkan kesetaraan gender, di sini saya hanya ingin berbicara kalau perempuan juga berdaya,” bebernya.

Drama tari ini akan diperankan Winda sebagai Roro Mendut dan Danang Ramadan sebagai Pranacitra. Penggarapan pementasan ini juga akan didukung dalang muda berbakat Nanang Hape, Sigit Setiawan (pengrawit), Ari Wulu (DJ), serta vokalis band metalcore Down For Life, Stephanus Adjie.

Advertisement

“Lewat kolaborasi dari berbagai elemen unik ini, saya ingin berbicara kalau garapan berbasis tradisional tidak melulu membosankan. Dengan terobosan, kita bisa membuat pertunjukan yang atraktif sehingga masyarakat yang awam seni pertunjukan bisa ikut menikmatinya. Selama ini penonton pertunjukan lokal selalu itu-itu saja. Harapannya bisa diapresiasi penonton yang lebih luas,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif