Kolom Jogja
Selasa, 8 Oktober 2013 - 11:04 WIB

GAGASAN : Membangun Kembali Komitmen APEC

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ahmad Syaifuddin Zuhri zuhri_as@yahoo.co.id Mahasiswa Pascasarjana Program China Scholarship Council Jurusan Hubungan Internasional Nanchang University China

Ahmad Syaifuddin Zuhri
zuhri_as@yahoo.co.id
Mahasiswa Pascasarjana Program China Scholarship Council Jurusan Hubungan Internasional
Nanchang University China

Pekan ini Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ke-21 APEC. Pertemuan yang diadakan di Bali itu akan ditutup dengan pertemuan puncak konferensi tingkat tinggi (KTT) kepala pemerintahan pada 6-8 Oktober.

Advertisement

APEC adalah singkatan dari Asia-Pacific Economic Cooperation atau Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik. APEC didirikan pada 1989 di Canberra, Australia, yang bertujuan menguatkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat komunitas di negara kawasan Asia-Pasifik.

APEC mempunyai 21 anggota yakni Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Australia, Cile, China, Filipina, Hongkong, Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sebanyak 21 anggota tersebut mewakili 41 persen populasi global, 49 persen perdagangan internasional, dan 56 persen pendapatan domestik bruto (PDB) dunia. Kerja sama multilateral ekonomi negara-negara Asia-Pasifik ini lebih pada arena dialog dan kerja sama perekonomian yang tidak mengikat namun berlandaskan komitmen bersama anggota-anggotanya.

Advertisement

Organisasi tersebut merupakan upaya kerja sama yang bertujuan meningkatkan perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik, membangun kebijakan antiproteksi di antara anggotanya dengan mengurangi tarif dan menghilangkan penghalang bagi perdagangan bebas.

Tidak ada perjanjian yang harus ditandatangani karena APEC diikat dengan konsensus dan kerja sama yang mengacu Bogor Goals yang disepakati pada 1994 di Bogor, Indonesia. Bogor Goals bertujuan menciptakan perdagangan bebas dan terbuka serta meningkatkan investasi asing di negara anggota pada 2010 untuk negara ekonomi maju, dan pada 2020 untuk negara ekonomi berkembang.

KTT ke-21 APEC di Nusa Dua, Bali, yang bertemakan Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth tersebut diikuti belasan kepala negara dan kepala pemerintahan. Beberapa kepala negara wan wakil negara kunci ekonomi dunia dipastikan hadir, antara lain Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper, Perdana Menteri Selandia Baru John Key, Presiden China Xi Jinping, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Presiden Peru Ollanta Humama Tasso, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sementara Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang rencananya akan datang mendadak menangguhkan kedatangannya karena berkonsentrasi di dalam negeri yang saat ini mengalami shutdown pemerintahan.

Advertisement

 

Menarik

Pertemuan APEC tahun ini menjadi menarik karena berlangsung saat ekonomi dunia belum pulih dari krisis, terutama di Eropa dan Amerika. Kawasan Asia-Pasifik diharapkan bisa memberi kontribusi peningkatan ekonomi dunia.

 

Advertisement

Dengan pertumbuhan ekonomi global yang masih terpuruk dan perekonomian China yang melambat, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik sangat dinantikan untuk memainkan peran sebagai mesin pertumbuhan ekonomi regional dan global.

Dengan keanggotaan APEC yang berkembang selama 20 tahun terakhir, kesenjangan dalam tingkat pembangunan ekonomi di antara anggotanya telah melebar. Selain itu, fluktuasi ekonomi yang disebabkan krisis keuangan global, perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan faktor lainnya telah menggagalkan pembangunan berkelanjutan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun terakhir.

Negara-negara APEC harus mencapai konsensus didasarkan pada kerja sama dan pembangunan. Indonesia sebagai tuan rumah KTT tahun ini telah menyatakan harapan bahwa China akan terus mempromosikan beberapa masalah yang telah diajukan. Dukungan China sangat penting untuk melanjutkan upaya memperkuat APEC.

Karena kekuatan ekonomi China menjadi tumpuan global. Tapi, yang lebih penting, anggota organisasi ini harus mendefinisikan dan mencapai konsensus tentang arah kerja sama mereka untuk menghasilkan yang positif secara terus-menerus.

Advertisement

Ada kebutuhan mendesak untuk memperjelas fungsi utama APEC sebagai platform untuk integrasi ekonomi regional. Selain menetapkan agenda kerja sama, anggota organisasi ini harus ingat kepentingan ekonomi bersama mereka yang selama pertemuan APEC sebelumnya banyak keluar dari agenda utama dari tujuan didirikannya yang fokus pada ekonomi.

Masalah pertumbuhan ekonomi layak untuk mendapatkan perhatian lanjutan. Perekonomian dunia masih terperosok dalam ketidakpastian. Tantangan kawasan Asia-Pasifik adalah dapat memberikan kontribusi lebih terhadap pertumbuhan ekonomi global. Jawaban atas tantangan ini tergantung pada upaya bersama dari sektor ekonomi di wilayah ini.

Oleh karena itu, APEC harus tetap berkomitmen untuk memperdalam kerja sama regional. Mengingat kesenjangan pembangunan di antara anggota APEC yang dapat merusak kerja sama regional yang lebih dalam, penekanan Indonesia dalam mempromosikan hubungan regional layak mendapat perhatian khusus.

 

Tantangan Indonesia

Tiga hal utama mesti diperjuangkan agar kawasan ekonomi Asia-Pasifik dapat menjadi pendorong pertumbuhan dengan kesetaraan yang seimbang dan berkelanjutan. Demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty M.  Natalegawa.
Ketiga hal itu adalah memastikan tercapainya Bogor Goals; memastikan  adanya  pertumbuhan ekonomi  yang inklusif dengan mengacu pada kesetaraan dan kesejahteraan sosial; dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Asia-Pasifik dengan senantiasa mengacu pada kebutuhan konektivitas di kawasan.

Advertisement

Ketiga isu utama di atas adalah usulan dari Indonesia yang akan dibawa ke sidang tingkat tinggi APEC tahun ini. Kebutuhan konektivitas ekonomi merupakan isu baru. Sejak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengadopsi Master Plan on ASEAN Connectivity pada 2010, konektivitas telah menjadi faktor populer dalam kerja sama regional.

Dengan memperkenalkan konektivitas regional untuk APEC, Indonesia dan negara berkembang lainnya berusaha mencapai integrasi ekonomi regional untuk selalu on track di kawasan Asia-Pasifik. Pertemuan APEC kali ini menjadi sangat strategis bagi Indonesia untuk mendorong tercapainya integrasi ekonomi regional yang bisa meningkatkan ekonomi dalam negeri.

Ini juga semakin membuka kesempatan Indonesia untuk meneguhkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga punya kontribusi terhadap ekonomi di kawasan. Hal ini bisa menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi baru di kawasan, tentu semuanya tergantung diplomasi Indonesia untuk bisa membuktikan bahwa negara ini juga patut diperhitungkan dalam kancah global.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif