Soloraya
Senin, 7 Oktober 2013 - 22:20 WIB

KEKERINGAN BOYOLALI : Air Cengklik Kritis, Petani Minta Hujan Buatan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi air waduk Cengklik kritis selama kemarau saat ini (Iskandar/JIBI/Solopos)

Kondisi air waduk Cengklik kritis selama kemarau saat ini (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Daerah Irigasi Waduk Cengklik, Samidi mendesak pemerintah segera membuat hujan buatan di sekitar Waduk Cengklik di Ngemplak, Boyolali. Karena air waduk yang dibuat sejak zaman penjajahan Belanda dinilai sudah kritis.

Advertisement

“Saya tadi bersama teman-teman ke kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) di Palur meminta hujan buatan. Karena air di Waduk Cengklik sudah kritis. Kalau tidak ada hujan paling pertengahan Oktober ini sudah habis,” ujar dia ketika ditemui Solopos.com, Senin (7/10/2013).

Sebelumnya, kemarau panjang yang melanda Solo dan sekitarnya membuat elevasi air Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Boyolali setidaknya susut 30 persen dari kondisi normal. Karena itu petugas mulai membatasi pemanfaatan air waduk dengan menutup salah satu saluran yang mengarah ke empat desa di Kecamatan Nogosari.

“Saluran irigasi dari Waduk Cengklik yang ke kiri sementara ini kami tutup. Karena kami menghemat ketersediaan air waduk yang tinggal sedikit. Nanti kami juga akan menutup saluran ke arah kanan secara bergantian,” ujar salah seorang Petugas Balai Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo, Sutarmo ketika dihubungi, Kamis (3/10/2013).

Advertisement

Menurut dia saat ini ketersediaan air yang ada di Waduk Cengklik berjumlah 1,1 juta meter kubik. Sedangkan jumlah ketersediaan air secara normal Waduk Cengklik berkisar 9,1 juta meter kubik.

Lebih lanjut Samidi mengatakan jika kondisi ini berlarut-larut kira-kira 711 hektare sawah sejumlah kecamatan di Boyolali dan Colomadu terancam puso. Karena tanaman para petani yang tersebar di beberapa kecamatan kesulitan air karena saluran irigasi mengering.

“Sekarang ini usia tanaman padi milik para petani beraneka ragam. Ada yang baru satu pekan, satu bulan, dua bulan dan sebagainya. Tanaman itu tentu butuh air, karena itu kalau air irigasi tidak ada, tanaman itu terancam mati,” papar dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif