Soloraya
Jumat, 4 Oktober 2013 - 08:35 WIB

TOILET UMUM : Kaum Difabel Kesulitan Akses Toilet

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyandang disabilitas mencoba menggunakan toilet portabel di kawasan citywalk Slamet Riyadi, Solo, Kamis (3/10/2013) saat aksi menyambut penyelenggaraan World Toilet Summit di Solo. Dalam aksi tersebut, mereka menuntut pengadaan tolilet yang ramah bagi penyandang disabilitas di Solo. (Maulana Surya/JIBI/Solopos)


Penyandang disabilitas mencoba menggunakan toilet portabel di kawasan citywalk Slamet Riyadi, Solo, Kamis (3/10/2013) saat aksi menyambut penyelenggaraan World Toilet Summit di Solo. Dalam aksi tersebut, mereka menuntut pengadaan tolilet yang ramah bagi penyandang disabilitas di Solo. (Maulana Surya/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Toilet yang tersebar di beberapa ruang publik di Kota Solo belum ramah terhadap kaum difabel. Mereka masih kesulitan untuk memakai toilet lantaran fasilitas umum itu dirancang untuk orang umum.

Advertisement

Pernyataan itu disampaikan oleh sejumlah kaum difabel saat menggelar unjuk rasa di depan toilet portabel di city walk Sriwedari, Kamis (3/10/2013). Beberapa orang yang menggunakan kursi roda mencoba untuk masuk ke dalam toilet yang berada di pinggir Jl Slamet Riyadi itu. Saat mencoba masuk, mereka kesulitan untuk naik ke ruang toilet sebab harus merangkak melewati tangga yang cukup tinggi.

Para pengunjuk rasa juga membentangkan poster aspirasi mereka yang tertulis Dicari Toilet Ramah Disabiliti.

Koordinator aksi, Sugian Noor, yang juga Koordinator Pengembangan Bakat dan Minat Anak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo, menyayangkan Kota Solo sebagai tuan rumah World Toilet Summit 2013, toiletnya belum ramah terhadap kaum difabel. Toilet yang dibangun di ruang publik adalah toilet orang biasa.

Advertisement

Padahal, kata dia, orang biasa maupun orang berkebutuhan khusus sama-sama memiliki keinginan untuk difasilitasi untuk kebutuhan buang air kecil atau buang air besar.

“Tapi eksekusi akhirnya berbeda. Orang biasa bisa memanfaatkan toilet, sedangkan kami tidak bisa,” ujar Noor di sela-sela aksi.

Ia mengatakan, lantaran tidak difasilitasi, terpaksa orang-orang berkebutuhan khusus itu kadang buang air di luar. Perilaku tersebut, kata dia, bukan lantaran tidak sopan, melainkan karena mereka tidak masuk ke toilet pada umumnya. Padahal ketika bicara mengenai konteks ruang publik, kaum difabel juga termasuk sebagian dari publik yang harus difasilitasi. Pihaknya berharap agar Pemkot Solo memperhatikan aspirasi mereka.

Advertisement

Ia mengusulkan toilet yang berada di tempat umum didesain ada ram atau selonjoran untuk jalan kursi roda, seperti yang sudah diterapkan di halte-halte bus. Bisa juga toilet potabel yang didesain tidak terlalu tinggi sehingga mereka tidak perlu ngesot ke toilet.

“Sebenarnya bisa saja buang air di toilet pada umumnya. Tapi kalau harus ngesot kan kotor dan basah,” ungkapnya.

Untuk toilet pria juga demikian. Selama ini toilet yang berjajar itu terlalu tinggi bagi orang difabel. Selama ini, kata dia, toilet yang sudah ramah dengan kaum difabel baru ada di bandara. Sedangkan untuk di terminal, stasiun kereta api, tempat peribadatan dan sebagainya belum ramah terhadap kaum difabel.

Hal serupa diungkapkan Sukarno, warga kampung Kartotiyasan RT 002/RW 004, Kelurahan Kraton, Kecamatan Serengan. Menurutnya, beberapa pintu toilet umum terlalu sempit sehingga kursi roda tidak bisa masuk ke dalam toilet. Setidaknya lebar pintu kamar mandi dibuat minimal 70 centimeter. Bila tidak masuk ke kamar mandi, maka untuk melepas celana terpaksa harus dilakukan di luar loilet.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif