Soloraya
Kamis, 3 Oktober 2013 - 13:03 WIB

HARI GURU INTERNASIONAL : Sabtu, 8.688 Guru Wonogiri Doa Bersama

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI–Sebanyak 8.688 guru PNS se-Kabupaten Wonogiri akan melakukan aksi damai doa bersama memperingati Hari Guru Internasional yang jatuh pada Sabtu (5/10) tepat pada pukul 10.00 WIB.

Hal itu disampaikan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Wonogiri, Tunggal Widodo, saat ditemui wartawan, di Gedung PGRI Wonogiri, Kamis (3/10/2013).

Advertisement

Penjelasan Tunggal sekaligus mematahkan isu demo yang sebelumnya beredar luas. Tunggal menjelaskan pihaknya memang berencana melakukan aksi bersama pada Hari Guru Internasional, namun tidak berupa aksi demonstansi. “Banyak juga yang tanya ke saya. Sampai dari Polres Wonogiri juga tanya. Tapi saya tegaskan tidak ada demo, aksi kami ini aksi damai. Kami akan berdoa bersama pada hari Sabtu pukul 10.00 WIB,” terang Tunggal.

Kendati dikatakan doa bersama, dia mengaku bukan berarti para pendidik dan tenaga kependidikan anggota PGRI akan berdoa di tempat yang sama. Aksi doa diharapkan dilaksanakan di tempat masing-masing guru berada. Bisa di dalam kelas, bisa di kantor, atau di rumah masing-masing bagi anggota PGRI yang tengah berlibur. Menurut Tunggal, kegiatan berdoa bersama hanya butuh waktu paling tidak satu menit sehingga tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM).

Sementara itu, dalam doanya, para anggota PGRI juga diminta untuk mendoakan beberapa hal yang selama ini menjadi kendala yang dialami pendidik. Di antaranya, jelas Tunggal, terkait kekurangan jumlah guru, perhitungan syarat jam belajar yang sulit dipenuhi untuk beberapa guru, pencairan tunjangan sertifikasi yang sering tidak lancar, dan banyaknya sistem pendidikan yang harus dipenuhi guru sehingga membingungkan.

Advertisement

Sebagai gambaran, kondisi kekurangan guru itu terjadi di tingkat SD dan SMK. “Di Wonogiri, guru SD kurang seribuan orang, bahkan bisa lebih. Guru produktif atau guru SMK masih kurang 169 orang. Padahal ini guru-guru yang seharusnya bisa membimbing siswa soal permesinan, akutansi, dan lain-lain,” urai Tunggal.

Sedangkan mengenai syarat jam belajar, PGRI meminta tugas-tugas nonmengajar yang dilakukan sebagian guru juga dihitung masuk dalam jam belajar. Contohnya, guru-guru yang mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas. Wali kelas, selain mengajar, juga harus meluangkan waktu untuk melakukan pembinaan pada siswa. Tunggal menilai waktu pembinaan siswa itu juga perlu masuk dalam jam mengajar guru bersangkutan.

Selanjutnya terkait sertifikasi, pihaknya berharap tunjangan sertifikasi diberikan bersamaan dengan gaji alias cair setiap bulan. Selama ini, tunjangan tersebut tidak lancar dan pencairannya harus menunggu beberapa bulan. Sementara, khusus untuk sistem pendidikan, dia berharap ada kebijakan untuk menyederhanakan sistem pendataan KBM secara online itu agar tidak merepotkan guru.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif