Solopos.com, SOLO — Setiap bangunan rumah, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar maupun bangunan sejenis lainnya tentu dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet. Namun tak seperti ruang lobi, ruang kerja atau ruang tamu, keberadaan toliet acapkali diabaikan kebersihannya. Meski terlihat sepele, kondisi toilet akan selalu diingat orang ketika berkunjung ke suatu tempat.
Kondisi tersebut terjadi hampir di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia.
“Orang sekarang tidak peduli dengan toilet, padahal itu kerap kita pakai dalam kehidupan sehari-hari,” papar Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso, saat ditemui disela-sela acara World Toilet Summit (WTS) 2013 di The Sunan Hotel, Rabu (2/10/2013).
“Orang sekarang tidak peduli dengan toilet, padahal itu kerap kita pakai dalam kehidupan sehari-hari,” papar Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI), Naning Adiwoso, saat ditemui disela-sela acara World Toilet Summit (WTS) 2013 di The Sunan Hotel, Rabu (2/10/2013).
Kriteria toilet yang aman di setiap gedung atau rumah, kata Naning, yakni bersih, higienis dan kering. “Jika toilet itu basah akan rentan berkembangbiaknya bakteri. Sehingga menimbulkan bau tak sedap,” terangnya.
Naning menyebut kesadaran masyarakat Indonesia untuk memiliki sanitasi sangat rendah. Bahkan, tidak jarang masyarakat komplain tentang kondisi toilet yang terlihat kumuh. Keluhan masyarakat terutama di sejumlah SPBU yang berada di setiap titik kota atau kabupaten.
Kondisi toilet di suatu tempat atau fasilitas umum (fasum) buruk bisa menimbulkan trauma tersendiri bagi orang terutama usia anak-anak.
“Kalau sudah dewasa akan terus diingat. Maka kita harus mengubah mindsite masyarakat dan pemilik usaha untuk selalu menjaga kebersihan toilet,” papar Naning.
Secara makro, Naning menyayangkan minimnya ketersiadaan toilet bagi kaum hawa. Padahal, secara keseluruhan jumlah perempuan lebih banyak dibanding dengan laki-laki.
“Jika berada di dalam toilet, wanita itu lebih lama daripada pria. Kalau pria, tinggal buka resleting langsung bisa. Dan perempuan butuh ini dan itu,” ulas dia.
Upaya ATI dalam mengampanyekan pentingnya sanitasi terus dilakukan ke berbagai daerah. Pihaknya juga menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) dengan mengadakan training untuk mengubah pola pikir masyarakat yang mengganggap sepele terkait sanitasi.
“Kita juga bikin lomba dan memberikan award untuk lokasi wisata yang mempunyai toilet bersih. Dan saat ini, kita berikan penghargaan pada bandara internasional yang toiletnya bagus yakni di Bandara Pekanbaru dan Bandara Soekarno Hatta, Jakarta,” jelas dia.
Dalam kesempatan itu, Ketua World Toilet Organization (WTO), Jack Sim, menerangkan sudah saatnya masyarakat mengampanyekan toilet bersih di sejumlah tempat. Termasuk memberikan informasi melalui media sosial tentang kondisi toilet yang bagus dan buruk.
“Sudah saatnya kita tidak perlu tabu lagi membicarakan toilet. Dan saya berharap ada dorongan dana APBD untuk sanitasi masyarakat (sanimas). Porsi APBD ditingkatkan,” paparnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo, Ahyani, berjanji meningkatkan kualitas sanitasi di Solo.
“Teknologi terbaru akan kita ikuti. Karena di Solo belum banyak mencapai standar sanitasi,” jelas dia.
Permasalahan di Kota Solo, kata Ahyani, yakni setiap rumah memiliki septic tank. Repotnya, jika masing-masing rumah terdapat septic tank akan terjadi pencemaran air tanah.
“Beda halnya jika warga mau memanfaatkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal. Maka pengolahan air limbah bisa menyatu. Dan tahun ini kita akan bangun 20 sanimas,” terangnya.