Kolom
Senin, 30 September 2013 - 12:54 WIB

GAGASAN : Kesalahan Massal Bangsa Latah

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rahmi Nuraini rahmi_bigtree@yahoo.com Mahasiswi Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Pengajar di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta

Rahmi Nuraini
rahmi_bigtree@yahoo.com
Mahasiswi Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro Pengajar di London School
of Public Relations (LSPR) Jakarta

Popularitas kata ”jebret” dan “Vickiisme” menjadi bukti bahwa teks yang sebelumnya tidak masuk dalam standar bahasa telah tampil menjadi bahasa baru yang diikuti masyarakat. Kata ”jebret” dipopulerkan Valentino Simanjuntak, komentator sepak bola saat final Piala AFF U-19 antara Indonesia dan Vietnam.

Advertisement

Saat pertandingan, Valen, panggilan akrab sang komentator, selalu melontarkan kata ”jebret” ketika bola ditembakkan ke gawang. Kata ini semakin populer setelah Timnas Indonesia U-19 unggul 7-6 dalam adu penalti.

Kata lain yang populer adalah ”Vickiisme” yang digunakan untuk mewakili gaya bahasa ”sok” intelek ala Vicky Prasetyo. Bedanya, ”jebret” ala Valen banyak mengundang pujian, sementara bahasa ”sok” intelek Vicky lebih banyak mengundang hujatan.

Dalam interaksi sosial kita citra bahasa yang diproduksi secara massal telah menuntun cara kita membawakan diri pada kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar pemahaman sosial kolektif terhadap kata tertentu diciptakan dan dimainkan untuk memandu bagaimana cara melihat dunia. Siapa yang menyangka kata ”jebret” dapat diasosiasikan dengan optimisme sepak bola Indonesia, sedangkan ”Vickiisme” dapat merepresentasikan gaya intelek suatu kaum.

Advertisement

Menurut Ferdinand de Saussure, bahasa berfungsi sebagai sistem penandaan dan penamaan yang memandu kita dalam menjelaskan objek utama untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Perkembangannya media sosial telah membuat bahasa menjadi lebih fleksibel. Bahasa-bahasa baru menjadi layak digunakan setelah mendapat persetujuan dari mayoritas.

 

Bahasa Populer

”Jebret” dan ”Vickiisme” telah menjadi wujud baru budaya populer yang menarik perhatian massa. Sebagai bagian dari budaya, keduanya diproduksi secara masif oleh media melalui formulasi baru yang lebih rasional. Meskipun demikian, tipe bahasa ini cepat punah dan segera tergantikan.

Advertisement

Valen telah memberi warna baru dunia persepakbolaan Indonesia. Setiap pesan pertandingan disampaikan dengan nada positif melalui dukungan, doa, dan kutipan tokoh yang menginspirasi, seperti Bung Karno dan Jenderal Soedirman.

Melalui kata-kata yang diucapkannya, nasionalisme sepak bola dikumpulkan dan diarahkan demi kebangkitan sepak bola Indonesia. Bahkan banyak yang menyebut kemenangan Indonesia setelah lebih dari 20 tahun puasa gelar lahir berkat pesan optimisme yang disebarkan sang komentator.

Di sisi lain, kode-kode bahasa ”sok” intelek Vicky juga menjamur dan menjadi bahan perbincangan di kalangan kelas menengah atas. Akun @VickyPrasetyo belakangan hadir di Twitter mengatasnamakan nama Vicky.

Belum sampai dua pekan sejak akun itu muncul di Tweitter, follower akun ini sudah mencapai lebih dari 38.000. Isi atau kicauan yang disebar adalah bahasa-bahasa ”Vickiisme” yang break the rule atau melawan kebiasaan. Cara-cara unik digunakan untuk menyatakan pandangan atau mengomentari pendapat orang lain.

Advertisement

Beberapa aturan bahasa yang tidak ditaati akun ini antara lain penggunaan bahasa Inggris yang sesuai dengan pengucapan tetapi tidak benar secara penulisan. Penulisan kata gramar, past tens, dan make sends bisa menjadi beberapa contoh.

Aturan kedua adalah dengan melekatkan imbuhan yang tidak pada tempatnya seperti kata ”kontraseptif”, ”inkorporatif”, ”terpersalahkan”, ”tersistemisasi”, ”terejakulatifkan”, dan lainnya. Vicky mencoba menggabungkan makna dan wujud bahasa yang sama sekali baru.

Sayangnya, makna baru ini bertentangan dengan makna lama yang menjadi pedoman bahasa dalam masyarakat. Ketika ada bahasa yang menyimpang, otak kita akan menandainya sebagai bahasa aneh yang tidak dikenal.

Jika dihubungkan dengan konsep kisi kode Roland Barthes, bahasa Valen dan Vicky adalah representasi dari kode semantik dan kode simbolis. Kode yang mengandung makna konotasi pada level penanda dan berkaitan dengan pertentangan dua unsur. Kata ”jebret” menjadi simbol optimisme bangsa.

Advertisement

Sedangkan kata ”kudeta” tidak lagi dimaknai sebagai penggulingan kekuasaan ketika dilekatkan pada kata ”hati”. Begitu juga dengan kata ”konspirasi” yang dimaknai sebagai persekongkolan (dalam arti negatif), menjadi membingungkan ketika disandingkan dengan kata ”kemakmuran”.

 

Mengalahkan Isu Publik

Fenomena ”jebret” dan ”Vickiisme” mampu mengalahkan popularitas isu-isu publik yang sedang banyak dibahas media, seperti isu kenaikan harga kedelai, mobil murah, penembakan polisi, dan sebagainya. Tokoh sekelas Goenawan Mohamad dan Andrie Subono bahkan menulis analisis ihwal fenomena ”Vickiisme” dan ”jebret” dengan sudut pandang masing-masing.

Hal ini menunjukkan ketika menjadi bahasa massa, isi di balik bahasa baru telah memengaruhi cara hidup masyarakat. Terlebih, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang latah, masyarakat yang menirukan dan mengikuti tren.

Sebut saja bagaimana fenomena bisnis keripik pedas bermerek Maicih yang kini hadir dalam wujud dan bentuk berbeda sesuai tafsiran kompetitor bisnisnya, yang sudah mencapai ratusan. Bahasa populer yang berkembang di masyarakat yang latah akan mengakibatkan kurangnya sumber intelektual dan moral yang lahir karena keterbatasan alternatif lain.

Advertisement

Tingginya tingkat imitasi bahasa di kalangan masyarakat menuntut tanggung jawab sosial dari pemilik bahasa untuk tetap mempertimbangkan dampak sosial bahasa sebelum memopulerkan tren baru. Bahasa baru yang membawa dampak positif tentu menjadi lebih bermakna dibanding bahasa baru yang sekadar menjadi kontroversi dan tidak membawa manfaat.

Untuk itu, bahasa massa selayaknya harus menyuguhkan solusi. Ketika banyak yang mengikutinya, masyarakat tidak terjerumus pada kesalahan massal.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif