Soloraya
Sabtu, 28 September 2013 - 03:05 WIB

KEBAKARAN HUTAN BOYOLALI : 4 Rumah dan 2.500 m2 Hutan Juwangi Terbakar

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sisa kebakaran hutan di Juwangi (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Sisa kebakaran hutan di Juwangi (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Kebakaran terjadi di dua lokasi Kecamatan Juwangi dalam waktu tak lebih dari 24 jam. Selain rumah warga Brojo, Kalimati, ludes dilalap api, giliran kawasan Perhutani dekat Pos Kemanan Hutan Petak 61, RPH Wuluhgede, Jumat (27/9/2013) pagi, terbakar.

Advertisement

Kapolsek Juwangi, AKP Purnomo menerangkan kebakaran melalap rumah Tarsono, 36, warga Brojo, Desa Kalimati, Juwangi, Kamis (26/9/2013) malam. Empat petak rumah berbahan kayu milik korban terbakar saat ditinggal menghadiri hajatan di rumah tetangganya.

“Tak ada korban jiwa, namun kerugian materiil dilaporkan mencapai Rp150 juta, terdiri dari bangunan dan perabot di dalamnya,” kata Purnomo mewakili Kapolres Boyolali, AKBP Budi Haryanto, kepada Solopos.com, Jumat siang.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB. Korban dan keluarganya menghadiri acara yasinan di rumah tak jauh dari lokasi kejadian.

Advertisement

“Menurut informasi yang dihimpun, pemilik rumah lupa mematikan tungku kompor berbahan bakar kayu di dapur. Karena angin cukup kencang, api dengan cepat merembet ke bangunan di samping-sampingnya. Memang benar empat rumah milik korban jaraknya berdekatan dan semua ludes,” beber Purnomo.

Dia mengimbau warga belajar dari kasus tersebut dengan harapan kewaspadaan kian ditingkatkan. Lebih-lebih air semakin sulit didapat warga di musim kemarau ini sehingga pemadaman kebakaran sulit didapatkan.

Sementara kebakaran juga terjadi di lahan Perhutani, tepatnya di dekat pos keamanan RPH Wuluh Gede, BKPH Krobokan, KPH Telawa, Jumat sekitar pukul 10.00 WIB.

Advertisement

Salah satu mantri yang ditemui Solopos.com di pos tersebut, Eko Setyono, menyebut kebakaran menimpa lahan tanaman akasia dengan ukuran 25m x 100m.

“Pemadaman dilakukan secara manual [memukuli titik api dengan dedaunan], tapi api tak menjalar,” terang Eko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif