Soloraya
Jumat, 17 Mei 2024 - 18:16 WIB

Terkendala Pembebasan Lahan, Investasi Pabrik Sepatu di Sragen Dihentikan

Redaksi Solopos.com  /  Astrid Prihatini WD  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para petani memasang kain bertulisan penolakan penjualan lahan di lahan yang menjadi sasaran pembebasan lahan pabrik sepatu di wilayah Desa Bonagung, Tanon, Sragen, beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Pabrik sepatu PT TKG Taekwang Indonesia yang berpusat di Subang, Jawa Barat, menghentikan investasi di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, lantaran terkendala dengan pembebasan lahan yang belum tuntas selama dua tahun. Padahal pabrik sepatu itu merupakan industri padat karya dengan rencana penyerapan tenaga kerja sampai 20.000 orang.

Keputusan PT TKG Taekwang Indonesia untuk menghentikan investasi itu disampaikan secara tertulis yang ditembuskan ke Dinas Penanaman Modal, Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sragen. Padahal PT TKG sudah membebaskan lahan seluas 25 hektare dari kebutuhan seluas 35 hektare.

Advertisement

Kepala DPMPTSP Sragen, Dwi Agus Prasetyo, kepada Solopos.com, Jumat (17/5/2024), mengungkapkan DPMPTSP sudah mendapat tembusan surat dari pabrik sepatu PT TKG Taekwang Indonesia yang memutuskan untuk menghentikan investasi industri sepatu di Desa Bonagung, Tanon, Sragen, per Juni 2024 mendatang. Dia menilai penghentian itu mungkin berkaitan dengan proses pembebasan tanahnya dulu karena pembebasan lahan itu berproses selama dua tahun terakhir.

“Pembebasan lahan itu terkendala warga yang belum sepakat dengan nilai harga pembebasan lahan tersebut. PT TKG Taekwang Indonesia sudah membeli 25 hektare dari target 35 hektare. Untuk tanah yang sudah dibeli otomatis tidak boleh digarap warga atau pemilik sebelumnya karena sudah menjadi aset PT TKG Taekwang Indonesia. Itu yang termuat dalam surat yang disampaikan ke kami,” jelas Agus, sapaan akrabnya.

Advertisement

“Pembebasan lahan itu terkendala warga yang belum sepakat dengan nilai harga pembebasan lahan tersebut. PT TKG Taekwang Indonesia sudah membeli 25 hektare dari target 35 hektare. Untuk tanah yang sudah dibeli otomatis tidak boleh digarap warga atau pemilik sebelumnya karena sudah menjadi aset PT TKG Taekwang Indonesia. Itu yang termuat dalam surat yang disampaikan ke kami,” jelas Agus, sapaan akrabnya.

Dia menyatakan DPMPTSP Sragen sangat kecewa dengan penghentian investasi itu karena Sragen sangat rugi besar dengan keputusan PT TKG Taekwang itu, khusus bagi masyarakat Tanon dan Desa Bonagung. Dia menjelaskan investasi pabrik sepatu itu besar dan merupakan industri padat karya dengan rencana penyerapan 20.000 tenaga kerja. Dia melihat peluang multiplayer effect yang ditimbulkan luar biasa.

“Apalagi pabrik sepatu yang tidak ada limbahnya saat operasional pabrik. Hal itu yang menjadi kerugian besar bagi Sragen. Dampaknya dengan adanya pabrik sepatu itu, banyak tenaga kerja, kesejahteraan meningkat, UMKM [usaha mikro, kecil, menengah] bergeliat dan otomatis ekonomi berkembang. Dari gaji tenaga kerjanya saja perputaran uangnya bisa tembus Rp170 miliar per bulan, khusus di Tanon,” jelas Agus.

Advertisement

“Luas lahan yang terbeli dengan 25 hektare itu ternyata tidak bulat tetapi masih ada bagian tengah yang belum terbebaskan karena belum ada kesepakatan harga. Lokasi di depan diharapkan juga bisa terbeli sehingga investasi bisa berjalan,” harap dia.

Sementara, Sekretaris Forum Komunikasi Petani Bersatu (FKPB) Desa Bonagung, Tanon, Sragen, Thonie Sujarwanto, menyampaikan warga juga mendapat salinan surat PT TKG Taekwang Indonesia yang ditujukan kepada Kepala Desa Bonagung, Tanon, Sragen. Thonie mengatakan penghentian investasi itu menjadi kabar baik bagi petani karena sejak awal petani tidak bersedia menjual tanahnya. Dia menyatakan petani tetap merapatkan barisan dan memperkuat koordinasi di lapangan.

“Ini kabar yang membahagiakan bagi kami karena rencana investasi itu akhirnya dihentikan. Perjuangan para petani bersama lembaga bantuan hukum [LBH] serta semua orang yang terlibat berbuah manis. Kami berpesan kepada petani tetap rapatkan barisan dan saling koordinasi. Jangan mudah terpengaruh dengan apa pun karena bisa jadi kabar itu hanya pengalihan saja,” katanya.

Advertisement

Thonie merasa para petani berjuang mempertahankan hak milik mereka bertahun-tahun. Dia mencatat bila dihitung sejak awal perjuangan maka perjuangan itu sudah berlangsung empat tahun. Dia mengatakan dari pihak pemerintah seolah tidak mau membantu warga. Dia berharap kabar penghentian investasi itu benar-benar berhenti supaya petani fokus menyediakan pasokan pangan.

Dia menerangkan awalnya investasi pabrik sepatu itu ada di Sumberlawang dan saat itu juga terjadi penolakan petani. Ketika pindah ke Bonagung, kata dia, petani juga menolak. Investor yang masuk ke Bonagung ini, sebut dia, sudah dua kali dan PT TGK Taekwang Indonesia merupakan investor kedua.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif