Lifestyle
Kamis, 26 September 2013 - 17:50 WIB

Lelaki Lebih Cepat Serangan Jantung Dibanding Perempuan, Ini Sebabnya

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi serangan jantung (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, JAKARTA-Terlepas dari faktor usia maupun gaya hidup, para lelaki memang cenderung lebih cepat terkena serangan jantung dan meninggal dunia karenanya dibanding perempuan.

Sebuah studi baru pun mengungkap ini karena tubuh perempuan lebih ‘pandai’ mengatur sensitivitas insulinnya.

Advertisement

Studi ini memastikan jika kebanyakan perempuan baru mengidap penyakit jantung 10 tahun lebih lambat dari lelaki. Terutama di antara orang-orang yang resisten terhadap insulin, perempuan memang berpeluang lebih kecil untuk memiliki faktor risiko penyakit jantung dan diabetes, misalnya tekanan darah tinggi dan trigliserida. Pada akhirnya kondisi inilah yang menunda terjadinya penyakit jantung.

Perlu diketahui jika tak semua orang mengidap resistensi insulin. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tubuh orang-orang yang memilikinya butuh hormon insulin lebih banyak untuk mengangkut glukosa dari darah.

Advertisement

Perlu diketahui jika tak semua orang mengidap resistensi insulin. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tubuh orang-orang yang memilikinya butuh hormon insulin lebih banyak untuk mengangkut glukosa dari darah.

Sebenarnya pada orang-orang yang mengidap resistensi insulin, kadar gula darah mereka awalnya normal-normal saja, namun dari waktu ke waktu tubuh mereka tak lagi mampu memproduksi insulin yang memadai agar kadar gula darahnya tetap stabil.

Masalahnya hal ini akan membuat mereka rentan terkena sindrom metabolik, atau sekumpulan faktor risiko yaitu kadar gula darah, trigliserida dan tekanan darah tinggi yang tinggi, kadar kolesterol yang rendah serta lingkar pinggang yang besar, yang telah lama diketahui sebagai cikal-bakal diabetes dan penyakit jantung.

Advertisement

Kemudian setiap partisipan diberi suntikan glukosa, insulin dan sebuah hormon yang mampu mencegah tubuh memproduksi insulinnya sendiri, lalu kadar gula partisipan diukur beberapa jam kemudian. Tes ini membuat peneliti mampu menentukan hubungan antara kadar insulin dengan gula darah dengan tepat.

Ternyata pada perempuan berusia 50 tahun ke bawah tapi resisten terhadap insulin (kadar gula darahnya naik setelah makan), faktor risiko yang berkaitan dengan sindrom metabolik dan penyakit jantung takkan begitu banyak berpengaruh. Namun seiring dengan pertambahan usianya, keuntungan itu perlahan menghilang. Dan perempuan yang usianya lebih tua dan resisten terhadap insulin memiliki faktor risiko sakit jantung yang sama dengan lelaki.

“Meski resisten, perempuan muda masih mampu meng-handle komplikasi akibat resistensi insulin yang dialaminya dengan lebih baik,” simpul Kim seperti dilansir Livescience, Kamis (26/9/2013).

Advertisement

Sayang peneliti mengaku tak tahu pasti mengapa perempuan lebih aman dari sakit jantung ketimbang lelaki. Salah satu dugaan peneliti adalah hormon-hormon yang mempengaruhi siklus menstruasilah yang berperan disini.

“Hanya saja tampaknya peranan hormon perempuan juga tidaklah begitu jelas. Pasalnya ketika kami mencoba memberi pasien perempuan beberapa versi hormon sintetik seperti estrogen, nyatanya efek yang terlihat tak sama dengan yang ada di studi,” kata Kim.

Namun menurut Kim, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang-orang yang resisten terhadap insulin agar terhindar dari diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. “Dua jenis gaya hidup yang erat kaitannya dengan resistensi insulin merupakan penambahan berat badan dan hidup sedenter (bermalas-malasan). Untuk itu olahraga dan diet adalah cara terbaik untuk menanggulangi resistensi insulin,” tutupnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif