Soloraya
Jumat, 10 Mei 2024 - 11:42 WIB

Gita Pertiwi: Penghasilan Pemulung TPA Putri Cempo Tak Sepadan dengan Risiko

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah pemulung tengah berdiskusi bersama perwakilan Yayasan Gita Pertiwi, di Tempat Pebuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo Senin (29/4/2024). (Istimewa/Yayasan Gita Pertiwi)

Solopos.com SOLO–Berdasarkan temuan Yayasan Gita Pertiwi belum lama ini menyatakan penghasilan sejumlah pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo melebihi Upah Minimum Kota (UMK) Solo. Namun begitu, risiko yang mereka hadapi juga tidaklah kecil.

Sebagaimana diketahui UMK Solo 2024 Rp2.269.070 atau mengalami kenaikan 4,36% dari tahun sebelumnya senilai Rp2.174.169. Sedangkan berdasarkan data Yayasan Gita Pertiwi didapati bahwa rerata pendapatan pemulung di TPA Putri Cempo dalam sebulan bisa mencapai Rp3.0000.000-Rp4.000.000 atau bahkan lebih.

Advertisement

Salah seorang pemulung di TPA Putri Cempo, Parno, mengaku dalam sehari pendapatannya bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000 dari sampah anorganik saja seperti kardus, kertas, kaleng, dan lain-lain. Harga tersebut juga bergantung pada pengepul sampah yang dapat naik ataupun turun.

“Pemulung itu aslinya uangnya banyak mas. Sehari itu mereka bisa dapat sampai Rp100.000 lebih cuma gresek-gresek sampah di TPA itu,” ujar Parno.

Advertisement

“Pemulung itu aslinya uangnya banyak mas. Sehari itu mereka bisa dapat sampai Rp100.000 lebih cuma gresek-gresek sampah di TPA itu,” ujar Parno.

Tak jarang Parno dan pemulung lainnya mendapatkan barang-barang layak pakai seperti tas, baju dan barang lain yang bahkan beberapa masih tersegel rapat. Selain itu, sebagian pemulung mendapatkan keuntungan dari memelihara sapi hibah dari Pemkot Solo di TPA.

“Pemerintah dulu itu memberi bantuan sapi ke pemulung jumlahnya 2 ekor dulu.” ungkap dia.

Advertisement

“Kalau saya biasanya ambil pakan dari TPA mas jadi sekalian mulung itu ambil sampah organik yang masih bisa digunakan buat pakan ternak. Lebih hemat mas kalau ambil di TPA kan gratis tidak bayar. Jadi keuntungannya bisa dua kali lipat daripada harus beli pakan diluar.” Sudariyanto

Tak main-main hasil ternak Sudaryanto bisa memberi pemasukan tambahan baginya hingga Rp10.000.000 dalam waktu 6 bulan.

Namun, di balik penghasilan lumayan tinggi yang pemulung TPA Putri Cempo terima, juga sebanding risiko yang dihadapi. Pasalnya sejumlah pemulung melakukan aktivitas memulung dengan naik dan turun gunungan sampah tanpa alat pengaman apapun.

Advertisement

Hal ini tentu membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka. Mulai dari rentan menghirup gas metana, terpapar panas matahari berlebih atau terjadi longsoran sampah.

“Jadi pemulung itu juga susah. Walaupun duitnya lumayan tapi tetap saja kalau risikonya tinggi. Panasnya itu tidak hanya dari matahari tapi yaa dari sampahnya itu juga panas, jadi ya double panasnya. Belum lagi kalau sampahnya longsor itu tambah ngeri lagi.” ungkap Parno ketika sesi diskusi Bersama Yayasan Gita Pertiwi, Senin (29/4/2024).

Sementara itu, Direktur Program Yayasan Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti, mengatakan bahwa pekerjaan pemulung itu mulia bagi lingkungan. Namun begitu menurutnya para pemulung tak harus sampai mengorbankan keselamatannya.

Advertisement

“Pemulung adalah orang yang paling berjasa dalam pengelolaan sampah tapi punya risikonya besar.” katanya.

“Risiko lain, karena sampah yang tercampur untuk pemulung dapat berakibat pada kesehatannya dan potensi terpapar bahan beracun di sampah.” lanjutnya

Oleh karena itu, melalui Yayasan Gita Pertiwi, pihaknya akan mengambil beberapa langkah untuk mencari jalan keluar atas hal tersebut. Mulai akan melakukan pendampingan kepada pemulung dan mengadakan audiensi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo.

Selain itu, kata Titik, juga akan memantau di wilayah TPA Putri Cempo. Dan melakukan tindak lanjut dari pembangunan PLTSa yang memperparah kondisi kesehatan pemulung hingga warga sekitar.

“Pembagunan PLTSa Putri Cempo yang akan membakar sampah tentunya akan mengurangi potensi sumber pendapatan pemulung dan membahayakan warga sekitar.” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif