SOLOPOS.COM - Narasumber Bincang Kesehatan Radio Solopos FM Abkar Raden (Dok. Solopos)
Solopos.com, SOLO — Saat ini jutaan umat Islam berangkat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Waktu ibadah haji cukup lama, yakni sekitar 40 hari bagi haji sistem reguler dan haji plus yang tak lebih dari 20 hari.
Bagi perempuan yang masih produktif secara seksual, tentu selama musim haji itu akan mengalami masa menstruasi. Karenanya agar menstruasi ini tidak sampai mengganggu ibadah haji, jemaah perempuan biasanya mengonsumsi obat khusus untuk menundanya.
Obat ini diminum seusai haid terakhir sampai berakhirnya ibadah haji. “Dua kali satu sampai dia pulang. Yang ONH Plus minum 10 hari menjelang menstruasi. Untuk ketepatan waktu, harus dikonsultasikan dengan dokter,” kata dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, Abkar Raden saat acara Bincang Kesehatan Reproduksi di Solopos FM, Selasa (10/9/2013) malam lalu.
Abkar menyatakan konsumsi obat harus dilakukan untuk membantu kelancaran ibadah haji. “Jika haid, kan tidak bisa sembahyang, tawaf, jadi hajinya tidak sah,” tambah dia.
Abkar memastikan efek samping yang ditimbulkan dari pil ini sangat minim dan tidak signifikan mengganggu kesehatan dan fisik saat beribadah. “Efeknya tidak ya, paling hanya berat badan naik setengah kilogram. Itu pun bisa turun dengan aktivitas di sana [haji].”
Obat ini, terang dia, tidak mengandung estrogen, namun mengandung progesteron sehingg seakan-akan membuat situasi rahim sedang hamil. Pil ini juga dinilai lebih aman bagi penderita hipertensi, jantung dan kencing manis.
Jika pil kontrasepsi dilarang bagi penderita hipertensi dan kencing manis, maka pil ini aman dikonsumsi karena dipakai untuk jangka pendek. “Sebelumnya, kita harus periksa dulu, lihat kondisi orangnya, tekanan darah dan rahim, bahaya tidak jika memakainya,” kata Abkar.