Soloraya
Selasa, 17 September 2013 - 08:49 WIB

PENGRAJIN BATU BATA : Permintaan Melonjak, Pengrajin Kewalahan

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengrajin menjemur batu bata di depan halaman rumahnya di Dukuh Ngliyang, Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sragen, Senin (16/9/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)


Seorang pengrajin menjemur batu bata di depan halaman rumahnya di Dukuh Ngliyang, Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sragen, Senin (16/9/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN  — Musim kemarau rupanya menjadi keberuntungan tersendiri bagi para pengrajin batu bata di Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sragen. Namun, karena minimnya lahan dan modal, para pengrajin kewalahan memenuhi pesanan.

Advertisement

Salah satu pengrajin batu bata di Dukuh Ngliyang, Desa Srimulyo, Gondang, Giyono, Senin (16/9), mengatakan permintaan batu bata memang mengalami peningkatan sejak beberapa waktu terakhir. Namun, ia mengaku tak mampu memenuhi permintaan tersebut karena minim lahan dan modal. Lahan yang biasanya digunakan untuk menjemur cetakan batu-bata sangat sempit sehingga ia membatasi jumlah pencetakan.

Setiap hari, Giyono, hanya menyetak 600-an batu bata, padahal kemampuannya bisa melebihi itu. Bahkan, beberapa warga yang memiliki lahan luas, bisa mencetak lebih dari 2.000 batu bata per hari. Maklum, saat musim panas seperti ini, permintaan batu bata memang melonjak tajam. Hal itu didukung dengan cuaca panas yang mempercepat proses penjemuran.

Namun, minimnya modal dan lahan menjadi kendala. Rekan seprofesi Giyono yang enggan disebutkan namanya mengatakan pengrajin batu bata yang kadang menjadi buruh tani itu biasanya mencari modal usaha dengan meminjam ke bank swasta dengan bunga cukup tinggi. Kalau tidak, mereka menggunakan sistem buka tutup hutang. Para pengrajin bakal dimodali calon pembeli dengan tanah atau bahan bakar sekam, setelah batu bata jadi, pemodal akan membeli hasil produksi para pengrajin dengan harga rendah.

Advertisement

Meski demikian, mereka biasanya tak bisa berbuat apa-apa dan tetap bertahan dengan kondisi tersebut. “Jika di pasaran bisa menjual Rp480.000 per seribu, kalau dibeli pemodal hanya Rp430.000,” tandasnya.

Bayan di Dukuh Ngliyang, Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Sudarsono, Senin, menambahkan selama ini memang belum ada bantuan modal usaha untuk para pengrajin batu bata. Pasalnya, mereka berdiri sendiri tanpa ada kelompok atau paguyuban yang menaungi. Sementara itu, hampir 80% penduduk di Desa Srimulyo merupakan pengrajin batu bata. Mereka menyambung hidup bermodal dari usaha pembuatan batu bata yang sudah dilakukan turun temurun itu.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif