Soloraya
Selasa, 17 September 2013 - 09:17 WIB

JAMKESMAS : Warga Miskin Belum Terkaver Jamkesmas...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga kurang mampu, Adeta Indrawati, 15 (kanan), terbaring lemah di ranjang ditemani neneknya di rumahnya yang berada di RT 001/RW 007, Dusun Talang, Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Senin (16/9/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)


Warga kurang mampu, Adeta Indrawati, 15 (kanan), terbaring lemah di ranjang ditemani neneknya di rumahnya yang berada di RT 001/RW 007, Dusun Talang, Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Senin (16/9/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Di sebuah rumah yang berada di gang sempit RT 001/RW 007, Dusun Talang, Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Adeta Indrawati, 15, terbaring lemah. Ia tampak tak berdaya untuk menegakkan badannya bahkan untuk sekedar duduk.  Sehari-hari, Dita, sapaan akrabnya, menghabiskan waktu di ranjang.

Advertisement

Siang itu, di sisi kanan tempat tidur, ada sang nenek yang sedang menyuapinya. Dita makan pelan-pelan dan sering tersedak. Neneknya dengan sabar menyuapi Dita dengan nasi dan kuah.

Alon-alon le maem ben ojo keselak-selak [pelan-pelan makannya supaya tidak tersedak],” ujar sang nenek, Senin (16/9/2013).

Dita adalah anak dari Sri Suparni. Sejak berusia tiga bulan, Dita memiliki gangguan penyakit di kepalanya. Kepalanya membesar lantaran ada cairan yang tidak lazim. Kala itu, ia langsung dioperasi dengan biaya swadaya dan bantuan dari beberapa donatur seperti Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah dioperasi kondisi Dita tetap sama. Ia tidak bisa tumbuh normal seperti anak pada umumnya. Tulang kaki dan tangannya lemah sehingga ia hanya dapat berbaring.

Advertisement

“Saat operasi itu seharusnya dipasang beberapa selang di tubuhnya untuk mengeluarkan cairan dari kepala. Tetapi karena kesulitan biaya, selang hanya dipasang dua buah,” tutur bibinya, Endang

Buruh

Setiap hari, Dita berada di rumah sendiri bersama dengan neneknya. Ibunya yang bekerja sebagai buruh di warung HIK, bekerja sejak pukul 08.00 WIB-17.00 WIB. Dari pekerjaannya itu, Sri mendapatkan penghasilan Rp15.000/hari. Saat ibunya pergi bekerja, Dita akan diasuh oleh nenek dan keluarganya yang tinggal berdekatan dengannya.

Advertisement

Endang mengaku untuk mengobati penyakit Dita, keluarga sudah keluar banyak biaya. Terlebih, keluarga kurang mampu itu tidak terkaver dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sehingga saat keluarga ada yang sakit, mau tak mau harus mengeluarkan biaya sendiri.

“Kebetulan saya juga ketua RT. Memang Dita dan ibunya itu tidak terdaftar dalam program Jamkesmas karena baru masuk menjadi warga Sukoharjo sejak 2010. Sebelumnya, mereka terdaftar sebagai warga Solo karena suami adik saya itu dari Solo,” jelasnya.

Keluarga Dita, mengaku sudah mengupayakan pengobatan ke berbagai tempat. Kendati demikian, kondisi Dita tetap sama. Endang menyebutkan kondisi tulang belakang Dita sudah miring dan berkembang tidak sempurna. Saat ini, keluarga hanya dapat bersabar dengan kondisi Dita. Pasalnya, biaya pengobatan untuk gadis berusia 15 tahun itu  besar. Sementara si ibu dan kakak hanya bekerja sebagai buruh. Sedangkan ayahnya, sudah lama pergi meninggalkan keluarga kecil itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif