Soloraya
Senin, 16 September 2013 - 00:30 WIB

JOKOWI SAMBANGI WONOGIRI : Investasi Sorgum Bisa Atasi Kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joko Widodo (Jokowi) [kemeja putih] memberi penjelasan pada rombongan calon investor asal Brunei Darussalam dan jajaran Pemkab Wonogiri mengenai bagian sorgum yang bisa dimanfaatkan, saat mengunjungi lahan sorgum di Kelurahan Mojopuro, kecamatan Wuryantoro, Wonogiri, Sabtu (14/9/2013). (Tika Sekar A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI – Gubernur DKI Jakarta, Jokowi, Sabtu (14/9/2013), mendatangi ladang sorgum di Mojopuro, Wonogiri. Kedatangannya itu untuk memperkenalkan investor dari Wonogiri.

Sorgum bukanlah tanaman manja yang butuh banyak air agar bisa menghasilkan. Kebutuhan pupuk dan obat pembasmi hama pun sedikit sekali atau hanya pada keadaan khusus.

Advertisement

Tanaman sorgum di Kelurahan Mojopuro misalnya, bisa tumbuh subur padahal tanah tempat tanaman itu hidup tampak kering bahkan mulai retak-retak alias nela. Selain itu, keuntungan lain, sorgum bisa dipanen dua kali setahun karena rentang hidupnya hanya lima bulan.

Persoalannya, harga jual sorgum sangat rendah sebab tidak ada pembelinya. Surono mengaku biasa menjual sorgum senilai Rp2.100 per kilogram (kg). Harga yang sangat rendah itu, menurutnya, disebabkan belum ada jaringan pemasaran sorgum seperti yang telah berjalan pada tanaman pertanian lain, contohnya padi.

“Dari tahun ke tahun jumlah petani yang menanam sorgum terus berkurang. Tahun lalu ada 25 hektare di Mojopiro, sekarang hanya 10 hektare. Kalah dengan padi. Kalau saja ada yang mau beli sorgum dengan harga stabil dan menguntungkan, pasti banyak petani yang mau,” urai Surono.

Advertisement

Harapan para petani rupanya klop dengan maksud kedatangan Jokowi dan rombongannya. Memang, saat ini, di seluruh Wonogiri hanya ada 136 hektare lahan yang ditanami sorgum. Namun, Bupati Wonogiri, Danar Rahmanto, optimistis jika investasi sorgum dari pengusaha asal Brunei Darussalam terealisasi, Wonogiri bisa menyediakan 7.000 hektare lahan sorgum seperti yang diharapkan.

Menurutnya, ada ribuan hektare lahan di Wonogiri bagian selatan, seperti Wuryantoro, Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, Manyaran, dan Giritontro, yang siap disulap jadi ladang sorgum.

“Tinggal investor mau dijadikan apa. Bioetanol atau produk ikutan lain, bisa saja. Wonogiri punya tanah-tanah di daerah marginal yang bisa digunakan. Bisa menguntungkan masyarakat Wonogiri yang hidupnya masih kekurangan,” tandas Danar.

Advertisement

Ya, seandainya investasi sorgum benar-benar berjalan di Kota Gaplek, mungkin korban bencana kekeringan di banyak desa di Wonogiri selatan tak perlu lagi dilanda kebingunan mencari duit untuk membeli air bersih.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif