Sudah jatuh tertimpa tangga itulah yang dialami Jeng Janet, pedagang bawang merah di Bantul. Suatu hari, baru pukul delapan pagi, dagangannya ludes. Padahal biasanya, ia baru ngukuti dagangannya pada pukul sepuluh pagi.
Sampai di rumah, Jeng Janet kemudian menghitung uang hasil jerih payahnya. “Uang ini aneh…,” pikir Jeng Janet saat memegang selembar Rp100.000.
Uang itu dibolak-balik dan diraba. Betapa kagetnya ia saat diterawang, “Celaka…uang ini palsu!” pekik Jeng Janet.
“Wah aku ketipu ki. Kalau aku gunakan membeli sesuatu di toko, pasti ketahuan karena mereka menggunakan sinar ungu,” batinnya.
Jeng Janet terus memutar otak agar uang palsunya bisa digunakan. Akhirnya Jeng Janet menemukan cara. Pagi-pagi sekali Jeng Janet mengisi bensin di SPBU. “Penuh.” pinta Jeng Janet pada petugas.
Saat itu pengunjung SPBU baru satu dua orang, belum sampai antre. Jeng Janet lalu menyodorkan uang palsu kepada petugas. “Amaan!” kata Jeng Janet girang dalam hati sambil cepat-cepat meninggalkan SPBU.
Namun apa yang terjadi, saat berjualan di pasar Jeng Janet dicari polisi. “Bu, mari ikut kami ke kantor.” ajak salah satu petugas. Jeng Janet pucat pasi.
Di sana Jeng Janet dicecar pertanyaan seputar uang palsunya, berapa jumlah, darimana mendapatkannya dan sudah digunakan untuk apa saja. Jeng Janet bercerita jujur apa adanya. Polisi kemudian melepaskan Janet.
Setelah ketemu Lady Cempluk sesama pedagang, Janet langsung kembali diinterogasi, kenapa dia bisa tertangkap.
Jeng Janet kemudian diam sejenak. “Dari CCTV yang dipasang di SPBU…” bisik Jeng Janet malu-malu.
Sumarno
Klumutan, Srikayangan, Sentolo, Kulonprogo