Soloraya
Selasa, 10 September 2013 - 00:15 WIB

10.651 Warga Kota Gaplek Masih Buta Aksara

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI — Sedikitnya 10.651 warga Wonogiri menyandang buta aksara. Sebenarnya, sebagian besar dari belasan ribu orang itu sudah pernah menerima program pengentasan buta aksara, namun lantaran tidak terpakai mereka kembali tidak bisa baca tulis.

Data tersebut diperoleh jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri melakukan pendataan ulang berapa jumlah warga penyandang buta aksara pada akhir tahun 2012. Sebelumnya, sekitar tahun 2011 Kabupaten Wonogiri pernah mendeklarasikan bebas buta aksara.
Kepala Disdik Wonogiri, Siswanto, menjelaskan berdasarkan pendataan ulang yang dilaksanakan pda akhir tahun 2012 terungkap 10.651 orang masih buta aksara.

Advertisement

“Sebagian besar mereka ini bukan orang baru. Jadi orang lama yang pernah belajar dalam kelompok belajar, tapi kemudian lupa lagi cara membaca karena tidak pernah dipakai. Mungkin juga karena faktor usia. Data ini memang menjadi keprihatinan sendiri bagi kami. Tapi data juga masih perlu kami validasi lagi,” kata Siswanto, kepada Solopos.com, Senin (9/9/2013).

Berdasarkan data itu, penyandang buta aksara paling banyak berada di Kecamatan Pracimantoro dengan jumlah warga yang tidak melek aksara mencapai 1.220 orang. Selanjutnya, disusul Kecamatan Slogohimo dengan 913 warga tidak bisa membaca, dan Kecamatan Girimarto dengan 883 orang buta aksara. Kecamatan Eromoko, Paranggupito, dan Nguntoronadi menyusul berikutnya dengan masing-masing memiliki penyandang buta aksara 754 orang, 668 orang, dan 624 orang.

Untuk menyikapi kondisi tersebut, Siswanto memastikan akan kembali menggenjot program pembelajaran melalui sistem kelompok belajar yang dulu pernah berjalan. Selain mengawali kembali program pengentasan buta aksara, pihaknya juga mulai mempertimbangkan program lanjutan untuk penyandang buta aksara yang sudah dinyatakan melek aksara agar kejadian lupa tidak kembali terjadi.

Advertisement

“Ya memang harus diingatkan terus agar tidak jadi lupa. Kegiatan yang sudah ada kita lakukan lagi dengan membimbing mereka, membentuk kelompok lagi,” ujarnya.

Di sisi lain, Siswanto tak menampik temuan Disdik Wonogiri ini sesuai dengan hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri tahun 2010 silam. BPS menemukan hanya 83,51% dari warga yang disensus melek aksara. Sisanya, sebanyak 118.776 orang tercatat tidak bisa baca tulis.

Kepala BPS Wonogiri, Rahmadi Agus Santosa, pernah menyampaikan dugaan masih banyak warga Wonogiri menyandang buta aksara pada 2013. Alasannya, jumlah penyandang buta aksara 2010 terlampau banyak dan tak mungkin kelar digarap dalam waktu hanya tiga tahun.
Dalam sensus itu terungkap banyak warga Wonogiri yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah formal. Jumlahnya, semakin banyak seiring bertambahnya usia.

Advertisement

Sebagai gambaran, tahun 2010, BPS menemukan 258 warga usia 16-18 tahun tidak pernah sekolah. Selanjutnya, pada usia 30-34 tahun serta 35-39 tahun masing-masing ada 788 orang dan 1.310 orang yang tak pernah sekolah.

“Di usia lebih tinggi lagi, yaitu 45-49 tahun, yang tidak sekolah mencapai 6.039 orang. Ini artinya, di Wonogiri banyak warga yang usianya matang tidak sekolah. Mereka ini paling rentan menjadi buta aksara. Tiga tahun berlalu sulit menjamin mereka semua bisa melek aksara,” tandas Rahmadi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif