Soloraya
Sabtu, 7 September 2013 - 21:15 WIB

PENEMUAN FOSIL : Rahang Gajah Purba Ditemukan di Pluluh Sragen

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Benda cagar budaya (ilustrasi/JIBI//Harian Jogja/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN –– Tim Eskavasi Pusat Arkeologi Nasional temukan spesimen  Stegodon Trigonocephalus (gajah purba) di Situs Grogolan Wetan, Desa Masarejo, Kecamatan Plupuh.

Lokasi penemuan di dalam kotak gali di kedalaman enam meter dari permukaan tanah. Spesimen Stegodon itu antara lain rahang atas, fragmen gigi,  dan fragmen tulang panjang.

Advertisement

Selain penemuan spesimen Stegodon, peneliti yang berjumlah 11 orang ini, juga menemukan artefak berupa tiga bola batu, dan tujuh artefak alat krakal yang dipangkas.

Koordinator Lapangan Eskavasi Situs Grogolan Wetan, Ruly Fauzi, saat ditemui Espos di lokasi penggalian, Sabtu (7/9/2013), mengatakan lokasi penemuan di kedalaman empat hingga enam meter.

“Semua artefak dan spesimen ditemukan diantara lapisan Lanau dengan lapisan pasir kasar, penggalian kami batasi sampai lapisan ini. Dimasa lampau lapisan Lanau merupakan lapisan tanah permukaan, maka fosil dan artefal ini dulunya berada di permukaan,” terang dia.

Advertisement

Dia mengatakan proses eskavasi ini tak hanya berfokus pada objek fosil tetapi sisi penelitian meliputi posisi penemuan dan proses pengangkatannya.

“Penemuan ini tidak hanya fokus pada objek fosil tetapi juga konteksnya,” ujar dia.

Dengan hasil temuan berupa artefak, tim menduga ada kemungkinan lokasi tersebut menjadi tempat hidup manusia purba. Tetapi untuk mencapai kesimpulan tersebut masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Advertisement

Ditemui di tempat yang sama, Kepala Tim Eskavasi, Prof. Truman Simanjuntak, mengatakan kotak gali yang menjadi tempat penemuan specimen Stegodon dan artefak ini, selain sebagai objek penelitian juga   sudah diusulkan sebagai  museum lapangan.

“Dalam satu kotak gali ini dapat bercerita tentang masa silam, tim disini ingin menyingkap  dan mendata kehidupan purba. Selanjutnya kami sudah mengusulkan agar kotak gali ini dijadikan museum lapangan,” ujar dia.

Menurutnya, di atas kotak gali ini dapat dibangun satu bangunan sebagai pelindung, selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata yang memberikan paparan tentang proses penemuan fosil dan pengetahuan tentang lapisan-lapisan tanah.

“Jika ini direalisasikan, maka  Sangiran akan menjadi satu situs yang levelnya internasional. Menjadi satu situs yang memberikan pencerdasan kepada masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif