Soloraya
Sabtu, 7 September 2013 - 00:45 WIB

BENCANA KEKERINGAN : Sumbang Sedimen, Lahan Kering WGM Tetap Ditanami

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, WONOGIRI--Memasuki musim kemarau warga di seputar lokasi genangan air Waduk Gajah Mungkur (WGM) mulai melakukan aktivitas yang sebenarnya dilarang, yakni menanami lahan genangan yang mengering dengan tanaman pangan.

Tanaman pangan mulai dari kacang, jagung, sampai padi, menjadi pilihan warga untuk memanfaatkan keringnya sebagian lahan waduk. Di sisi lain, aktivitas ini diakui berpotensi memperparah sedimentasi. Warga Desa Sendang, Ginem, yang tinggal persis di tepi waduk, mengakui sudah empat hari ini menanami lahan bekas genangan WGM yang kini kering.

Advertisement

Menurutnya, tidak hanya dirinya, banyak warga setempat yang menanami lahan bekas genangan dengan tanaman pangan. Saat solopos.com menyambangi lokasi tersebut, Jumat, tiga orang petani tampak sibuk. Ada yang mengolah lahan untuk persiapan tanam, ada pula yang sudah mulai menanam. Petani mengatur lahan dengan bentuk bertingkat sesuai dengan kondisi permukaan lahan yang miring.

“Ya daripada tidak dimanfaatkan, saya menggunakan lahan waduk yang kering untuk menanam padi. Yang lain ada yang menanam kacang tanah, ada yang jagung. Tahun ini agak telat, biasanya sudah sejak Agustus,” ungkap Ginem, saat ditemui solopos.com, di lokasi setempat, Jumat.

Kepala Divisi (Kadiv) Jasa Air dan Sumber Air (ASA) Perum Jasa Tirta I Wilayah Bengawan Solo, Winarno Susilardi, mengakui aktivitas mengolah lahan bekas genangan air WGM yang mengering mulai marak terjadi. Saat ini elevasi atau permukaan air WGM hanya 132,16 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di musim hujan, elevasi air bisa menyentuh 136 mdpl.

Advertisement

Menurutnya, aktivitas itu rutin dilakukan warga setiap kali memasuki musim kemarau. Winarno mengatakan aktivitas tersebut sebenarnya berpotensi memperparah sedimentasi. Apalagi, jika tanaman yang dibudidayakan adalah jenis tanaman yang butuh pengolahan tanah, seperti padi.

Sebaliknya, menurut dia, jika lahan bekas genangan itu ditanami rumput gajah atau tanaman sejenis yang tidak memerlukan pengolahan tanah, imbas terhadap sedimentasi waduk sangat kecil atau bahkan tidak ada. “Justru akar rumput gajah bisa jadi pengikat. Tapi kalau sudah diolah, waktu hujan tiba dan air kembali naik, tanahnya bisa ikut terbawa air. Itu kelihatan dari airnya yang sangat keruh. Ini terutama kalau yang ditanami adalah lahan di sepanjang tepi DAS Keduwang,” terang Winarno.

Kendati menyadari risikonya, dia mengakui tidak bisa mencegah aktivitas pertanian di lahan bekas genangan air WGM yang mengering. Di satu sisi, pihaknya tidak bisa terus memantau dan mencegah aktivitas warga. Pasalnya, lahan bekas genangan WGM sangat luas dan tersebar di banyak titik. Dan, di sisi lain, para warga melakukan aktivitas itu atas kemauan mereka sendiri. Termasuk kalau harus menanggung risiko merugi karena tanaman mereka terbawa air.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif