Soloraya
Jumat, 6 September 2013 - 15:23 WIB

PENANGANAN HAMA TIKUS : Dari Cara Tradisional Hingga Ilmu Klenik Dipakai Petani

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRI–Para petani yang lahannya mengalami serangan tikus melakukan berbagai cara untuk mengendalikan hama pengerat itu. Ada yang menggunakan cara modern, ada juga yang masih menganut metode tradisional, sampai ada yang pilih pasrah.

Petani tradisional yang masih memercayai klenik memilih menyediakan makanan untuk tikus sebagai cara mencegah tikus memakan dan merusak tanaman padi. Sedangkan para petani yang pasrah berpegang pada mitos yang menyebut jika petani menggunakan obat, hama pengerat itu justru tambah banyak. Petani asal Desa Pule, Kecamatan Selogiri, Sutopo, saat dihubungi solopos.com, Jumat (6/9/2013), mengatakan di wilayahnya tikus memang hanya menyerang sekitar 13 hektare lahan dengan lokasi yang menyebar. Namun, serangan tikus belakangan ini ada yang masih ganas sehingga mau tak mau petani harus melakukan berbagai cara demi mengamankan tanaman padi.

Advertisement

Lantaran perbedaan pemahaman, menurutnya, para petani memakai cara yang beragam. Ada petani yang menggunakan cara tradisional dengan menyediakan makanan untuk tikus, dengan tujuan hewan pengerat itu tidak menyerang tanaman padi. “Ya disediakan makanan di lahan pertanian. Itu biasanya dilakukan mereka yang berpikiran tradisional, masih primitif dan percaya klenik. Dengan adanya makanan, tikus tidak akan menyerang tanaman padi. Selain cara tradisional di tempat kami juga ada yang pilih pasrah. Jadi didiamkan saja,” ungkap Sutopo.

Namun demikian, dia melanjutkan, ada juga petani yang mau menerapkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan obat pembasmi tikus. Sejauh ini, obat pembasmi tikus yang dipakai adalah jenis yang dicampur dengan pakan tikus. Sedangkan, metode pembasmian hama tikus dengan cara pengemposan atau menggunakan bahan yang berbentuk seperti mercon dimasukkan ke lubang tikus, belum dilirik petani.

Sikap pasrah petani menangani hama tikus juga diakui petani Desa Jaten, Narmo. Dia mengatakan kendati saat ini serangan tikus masih saja terjadi, sebagian petani di desanya pilih tidak melakukan tindakan apapun. “Pasrah pada Tuhan. Yang namanya musibah, ya kami terima. Pengalaman kami memang tikus ini sulit sekali dicegah. Mau pakai obat juga tambah banyak. Mitosnya begitu,” ujarnya.

Advertisement

Sedangkan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sendangijo, Wagino Ninek, menjelaskan sebenarnya sebagian besar petani di wilayahnya sepakat tidak menaman padi karena sedang ada pekerjaan di Waduk Krisak. Tapi memang faktanya ada yang nekat menanam padi. Untuk itu, Ninek menyebut semua risiko, termasuk serangan hama tikus, juga harus dihadapi dengan lapang dada. Sejauh ini, dia melihat petani sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi tikus.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Gapoktan Kecamatan Selogiri, Joko Sutopo, membenarkan para petani sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi tikus. Namun, berbagai cara itu seolah mentah karena masing-masing cara berbeda dan dilakukan sendiri-sendiri. Untuk itu, Joko berharap ke depan ada kesamaan cara dan pandangan petani untuk mengatasi tikus. “Tanpa itu, bergerak bersama, dengan cara yang sama, saya tidak yakin masalah tikus akan bisa diatasi,” jelas Joko.

Dia menambahkan saat ini pihaknya sudah menghubungi semua Gapoktan di wilayah yang diserang hama tikus untuk bersama-sama melakukan langkah untuk menangani hama tikus. Di lain pihak, Joko menilai semua upaya tersebut harus pula diimbangi dengan perubahan pola tanam. Pola tanam padi-padi-palawija, dinilainya paling efektif menekan semua hama, termasuk hama tikus.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif