Soloraya
Kamis, 5 September 2013 - 13:02 WIB

BENCANA KEKERINGAN : September-Oktober Diprediksi Puncak Kemarau 2013

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Soloraya (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memrediksi permintaan dropping air bersih meningkat dua bulan ke depan. Hal itu mengingat September dan Oktober 2013 diperkirakan menjadi puncak musim kemarau tahun ini.

Berdasarkan pemetaan Pemkab, daerah rawan kekeringan di Kabupaten Boyolali meliputi beberapa desa di wilayah selatan, yakni  Kecamatan Musuk, Kecamatan Cepogo dan Kecamatan Boyolali. Sedangkan wilayah utara, meliputi Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, Kecamatan Juwangi, Kecamatan Andong, Kecamatan Klego, Kecamatan Simo dan Kecamatan Karanggede.

Advertisement

Menurut Kasubbag Sosial dan Keagamaan Bagian Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Boyolali, Nuryadi, mewakili Kepala Bagian (Kabag) Kesra, Supomoharjo, mengakui permintaan dropping air bersih sudah mulai masuk dari beberapa wilayah, di antaranya dari Kecamatan Musuk, yaitu Desa Karanganyar, Desa Sumur, Desa Jemowo dan Desa Ringin Larik.

“Permintaan tersebut sudah kami tindak lanjuti dengan menyiapkan dropping air bersih ke desa-desa tersebut,” ujar Nuryadi kepada wartawan, Kamis (5/9/2013).

Dijelaskan dia, setidaknya untuk empat desa tersebut akan disiapkan hingga 250 tangki air bersih. Selain itu khusus untuk kebutuhan air bersih di beberapa wilayah utara, antara lain di Kecamatan Juwangi akan disiapkan 21 tangki dan Kecamatan Wonosegoro sebanyak 152 tangki.

Advertisement

Nuryadi menambahkan penyaluran bantuan air bersih tersebut dilakukan Pemkab bekerja sama dengan PDAM Boyolali. Pengambilan air bersih dari sumur-sumur PDAM yang dekat dengan warga yang mengajukan permintaan bantuan itu.

“PDAM Boyolali kan mempunyai beberapa sumur, seperti di Musuk, Tlatar dan wilayah lainnya di Boyolali,” imbuh dia.

Sedangkan untuk dropping air bersih di Kabupaten Boyolali wilayah utara, Nuryadi mengatakan selain menggandeng PDAM Boyolali, Pemkab juga bekerja sama dengan Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) II Surakarta, PMI Boyolali, serta pihak swasta.

Advertisement

”Kami terus berkoordinasi dengan beberapa institusi tersebut. Beberapa hari lalu, Bakorwil Surakarta telah melakukan dropping air bersih  kepada warga di Kecamatan Juwangi,” ungkapnya.

Disebutkan dia, untuk penanganan bencana kekeringan di Boyolali 2013 ini telah disiapkan anggaran senilai Rp105 juta. Besaran anggaran tersebut, lanjut dia, sama seperti tahun lalu. Menurut dia, jumlah itu diperkirakan cukup untuk penanganan bencana kekeringan tahun ini.

Dihubungi terpisah, Kamis, Kepala Desa (Kades) Jemowo, Untung Widada, mengatakan krisis air bersih di desanya sudah dirasakan warga mulai beberapa waktu terakhir ini. Selain faktor musim kemarau, kondisi itu juga disebabkan Desa Jemowo yang minus sumber air. “Saat ini untuk mendapatkan air bersih, warga harus membeli hingga Rp200.000 per tangki,” kata Untung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif