Soloraya
Senin, 2 September 2013 - 15:27 WIB

Pedagang Mulai Beraktivitas di Pasar Darurat di Nguter

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Proses jual-beli mulai menggeliat setelah pedagang oprokan menempati los di pasar darurat di Lapangan Nguter, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Senin (2/9/2013). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Espos)

Soloposcom, SUKOHARJO–Aktivitas di Pasar Darurat Nguter pun tampak ramai, Senin (2/9). Di dalam lapangan para pedagang menempati los dan kios sesuai dagangan yang dijajakan. Ada sebagian kios yang kosong dan tidak ditempati pemilik.

Separuh panjang Lapangan Nguter dipergunakan sebagai pasar darurat. Pedagang oprokan menempati pinggir lapangan sisi selatan. Di sisi barat atau pinggir jalan raya Wonogiri-Solo, angkudes dan angkot di parkir di tempat tersebut.

Advertisement

Kios-kios di Lapangan Nguter pun sebagian besar dibuka dan menjajakan aneka kuliner. Ada bakso maupun warung makan seadanya. Tak hanya kuliner, di kios lapangan Nguter juga dijual barang-barang fashion. Kades Nguter, Gandung TH mengaku bersyukur semua pedagang Pasar Nguter mau berpindah dan berjualan di pasar darurat.

“Kami memang menginginkan semua pedagang masuk ke pasar darurat agar tidak ada kecemburuan. Selain itu, kami juga menawarkan kepada tukang parkir di pasar lama Nguter untuk ikut berpindah jika di lokasi lama sepi pelanggan. Intinya kami ingin kondisi Nguter kondusif sehingga
pekerjaan pembangunan Pasar Jamu Nguter bisa selesai tepat waktu,” ujarnya.

Diakuinya, untuk menjaga kondusifitas wilayah pihak desa ikut memantau aktifitas pedagang agar tidak muncul konflik. “Semua pedagang sudah berjualan di pasar darurat sehingga ekonomi warga menggeliat. Warga yang berkeinginan membuka jasa perparkiran juga dipersilahkan. Terpenting, pembeli atau pendatang pasar darurat ada rasa nyaman setelah meninggalkan sepeda motor maupun kendaraannya.”

Advertisement

Pedagang jamu di pasar darurat, Sri mengaku telah menikmati suasana pasar darurat. Walau hasil yang diperoleh di pasar darurat berbeda dengan di pasar lama, Sri mengaku hasil yang diperoleh
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dia menjual satu bungkus kunir putih satu kilogram yang sudah dihaluskan senilai Rp35.000/bungkus. Satu bungkus temulawak ukuran 1 kg dijual antara Rp20.000/bungkus hingga Rp25.000/bungkus. Lurah Pasar
Nguter, Widadi Nugroho semua pedagang sudah masuk ke lokasi pasar darurat.

“Pembeli sudah datang ke pasar darurat. Mungkin saja di antara pedagang dan pelanggan sudah saling berkomunikasi sehingga pasar darurat semakin ramai.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif