Lifestyle
Jumat, 30 Agustus 2013 - 16:04 WIB

Kepikunan Bisa Diprediksi dari Air Seni Lho

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deteksi kepikunan kini bisa diteliti dari air seni. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Deteksi kepikunan kini bisa diteliti dari air seni. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com, JAKARTA-Pemeriksaan urine sederhana bisa mengungkap risiko penurunan fungsi otak, yang antara lain menyebabkan orang cepat pikun. Risiko ini kerap dihadapi para pengidap diabetes tipe 2.

Advertisement

Sebuah studi yang dilakukan terjadap 3.000 pasien diabetes tipe 2, rata-rata berusia 62 tahun, menunjukkan bahwa orang-orang yang secara konsisten memiliki protein tertentu di urine dalam kadar tinggi berisiko lebih besar untuk mengalami penurunan fungsi otak.

Apabila dalam 4-5 tahun kadar protein tersebut terukur lebih tinggi, peningkatan risiko penurunan fungsi otak akan meningkat sekitar 5%.

Ada protein dalam urine yang disebut sebagai albuminuria, yang menurut para peneliti bisa dipakai sebagai peringatan dini penurunan fungsi otak. Penelitian tersebut dimuat dalam Clinical Journal of the American Society of Nephrology edusu bulan Agustus.

Advertisement

“Kami cuma menemukan perubahan kecil pada kemampuan kognisi. Namun bila berlanjut selama 10-15 tahun, ini bisa menjadi penurunan fungsi kognitif yang kelihatan pada usia 75-80 tahun,” kata Dr Joshua Barzilay dari Kaiser Permanente of Georgia and the Emory yang melakukan penelitian tersebut seperti dikutip dari Healthday, Jumat (30/8/2013).

Orang-orang yang mengidap diabetes tipe 2 memiliki risiko 50-6- persen lebih tinggi untuk mengalami penurunan fungsi kognitif, dibandingkan dengan orang-orang lain pada usianya.

“Mengingat diabetes dan albuminuria sangat umum dalam masyarakat, temuan ini menjadi sangat penting dari sudut pandang populasi. Apalagi albuminuria juga kerap ditemukan pada para pasien hipertensi tanpa diabetes,” lanjut Barzialy.

Advertisement

Meski menemukan keterkaitan antara gejala awal penurunan fungsi kognitif pada orang-orang lanjut usia, penelitian ini tidak menjelaskan adanya hubungan sebab akibat di antara keduanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif