Harian Jogja.com, GUNUNGKIDUL—Warga Dusun Pendem, Desa Karangduwet, Kecamatan Paliyan, tidak puas dengan pengerjaan proyek jalan usaha tani (JUT) dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kepala Dusun Pendem, Sandiko, mengaku menerima banyak protes dari warga karena proses pembangunan jalan terkesan seadanya dan bisa mengancam kesuburan lahan. JUT tersebut mendapat alokasi dana APBD Rp50 juta untuk 500 meter jalan.
“Tanah yang akan dibuat jalan tidak dibuang atau dikeruk dulu. Langsung ditumpangi batu besar dan keprus. Ada pula yang ditimbun tanah. Bahkan ada beberapa bagian yang langsung ditutup keprus padahal kondisi tanah tidak stabil,” papar dia kepada Harian Jogja.com, Selasa (27/8/2013).
Warga khawatir ketika hujan turun, batuan dan tanah tersebut akan larut dan masuk ke ladang warga. Sandiko mengatakan tanah ladang yang terkena keprus akan rusak dan tidak bisa ditanami lagi.
“Tahun lalu kami juga mendapatkan program yang sama tapi hasilnya lebih bagus. Dulu, pertama tanah dikeruk dan diberi batu besar lalu ditimbun batu, baru kemudian keprus,” ujar dia.
Ia mengaku senang ada proyek JUT karena bisa meningkatkan produk pertanian, namun ia berharap pengerjaannya benar-benar bagus sehingga akan awet dalam jangka panjang dan tidak mengancam kesuburan tanah.
Salah satu petani yang memiliki ladang di sisi jalan, Wakimin pun berinisiatif memasang talut untuk melindungi lahannya. “Kalau kayak gini [tidak ada galengan dengan JUT] pasti langsung hanyut saat hujan. Lahan saya itu termasuk yang dilewati air, kalau kena keprus bisa rusak,” papar dia.
Sementara itu dari pihak rekanan dari PT Nasal Konstruksi, Yupri Munari mengaku sudah bekerja sesuai dengan kotrak dan dana yang dialokasikan.
“Pembangunannya sudah berjalan empat minggu ini dan Rabu (28/8/2013) besok sudah jadi. Kami menyesuaikan dengan kontrak kami yakni pengurukan batu putih dan keprus tanpa stom,” tutur dia.