News
Minggu, 25 Agustus 2013 - 10:19 WIB

RUPIAH MELEMAH : Produk Otomotif Bakal Terkerek

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjualan mobil (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi penjualan mobil (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar mulai membuat was-was kalangan otomotif. Ada proyeksi yang menyebutkan, harga produk otomotif siap-siap terkerek akibat penguatan dolar, mengingat masih banyak komponen otomotif yang impor dari luar negeri.

Advertisement

Ketua Masyarakat Otomotif Surakarta (MOST), Ibnu R Sahoer, mengatakan sudah menjadi hal yang otomatis jika kurs dolar terhadap rupiah semakin mahal maka akan mengerek harga produk-produk impor.

“Otomotif adalah sektor yang paling terasa dampaknya. Memang, kalau dengan dolar menguat tidak hanya otomotif saja, tapi hampir semua barang-barang yang impor pasti naik harga,” kata Ibnu, kepada Solopos.com, Sabtu (24/8/2013).

Dengan posisi dolar yang akhir pekan lalu menembus kurs Rp11.058, maka Ibnu memperkirakan ketahanan harga produk otomotif saat ini tidak akan lama lagi bakal naik harga. “Pastinya cepat ada penyesuaian.  Kalau melihat posisi harga saat ini dan fluktuasi harga dolar yang cenderung menguat, kurang lebih dalam kurun satu bulan ini sudah ada respons dari pabrikan mobil,” ujar Ibnu.

Advertisement

Di tengah tingginya permintaan mobil saat ini, produsen tentunya harus segera membeli komponen-komponen yang diperlukan dari luar negeri. Ibnu juga memperkirakan besaran kenaikan harga barang otomotif bisa sebanding mengikuti besaran penguatan mata uang dolar terhadap rupiah. Seperti diketahui, sepekan lalu rupiah terkoreksi hingga 6,02 persen dan menembus angka Rp11.058 per US$.

Bahkan, lanjut dia, kenaikan harga otomotif bisa lebih besar lagi karena dalam empat paket kebijakan ekonomi pemerintah yang terbit akhir pekan lalu, ada ketentuan mengenai kenaikan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) dari 75 persen menjadi 150 persen. “Kenaikan PPnBM yang signifikan itu saat ini sedang menjadi perhitungan dan perbincangan hangat kalangan otomotif,” tutur Ibnu.

Jadi, jika dihitung secara akumulasi mulai kenaikan kurs dan kenaikan pajak barang mewah ini maka potensinya harga produk otomotif akan naik signifikan. Tetapi, ketika kurs kembali normal atau rupiah kembali menguat terhadap dolar, maka produk otomotif tidak serta merta turun. “Karena jarang sekali ada harga mobil turun.”

Advertisement

Ibnu melanjutkan, dengan kondisi ekonomi yang kurang baik pihaknya berupaya agar target pasar otomotif tahun ini tetap sesuai target. “Nanti akan kami bicarakan dengan seluruh diler anggota Most.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif