Soloraya
Jumat, 23 Agustus 2013 - 06:27 WIB

BUDIDAYA SAYURAN : Kembang Kol Bisa Dijadikan Bisnis Rumahan

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petani Desa Sumomordukuh, Petani Desa Sumomordukuh, Kecamatan Plupuh, Srage membudidaya kembang kol di pekarangan rumah. Foto diambil, Kamis (22/8/2013). (Fajar Tulus Widiantoro/JIBI/Solopos)


Seorang petani Desa Sumomordukuh, Petani Desa Sumomordukuh, Kecamatan Plupuh, Sragen membudidayakan kembang kol di pekarangan rumah. Foto diambil, Kamis (22/8/2013). (Fajar Tulus Widiantoro/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN –– Petani Desa Sumomordukuh, Kecamatan Plupuh, Sragen melakukan uji coba membudidayakan kembang kol di pekarangan rumah. Hasil uji coba tersebut, salah satu jenis sayuran yang biasa tumbuh di daerah bersuhu dingin itu mampu tumbuh dengan baik di daerah bersuhu normal maupun panas dan cocok dijadikan sebagai bisnis rumahan.

Advertisement

Salah seorang petani, Sukamto mengatakan saat ini komoditas perdagangan kembang kol sangat terbuka lebar. Sayuran tersebut mempunyai nilai jual yang lumayan tinggi untuk ukuran usaha budidaya di sekitar rumah. Ia mencoba menumbuhkan tanaman sayuran itu hanya dengan menggunakan poly bag.

“Permintaan kembang kol di pasaran jelas bagus, harganya mencapai Rp9.000 sampai Rp10.000 per kilogramnya. Sekarang saja, setiap kembang kol yang tumbuh di tiap poli bag-nya itu berbobot sekitar 0,5 kg sampai 0,7 kg, atau sekitar setengah kilogram. Kalau harga dari petani kan biasanya Rp7.000/kg, jadi setiap poli bag sekiar Rp3.500,” jelasnya, Kamis (22/8/2013).

Sukamto menambahkan lama masa penanaman dari bibit sampai panen, kembang kol membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan. Bila setiap pekarangan rumah bisa membudidaya sekitar 500 poli bag tanaman kembang kol, hasil penennya mencapai sekitar Rp1.750.000 setiap panen.

Advertisement

Perawatan

Menurutnya, perawatan kembang kol dengan media poli bag sangat mudah. Berbeda dengan kembang kol yang dibudidaya di lahan pertanian karena rentan dengan hama, penyakit dan membutuhkan biaya perawatan yang terbilang tidak sedikit. Dengan poly bag, jauh lebih hemat biaya. Untuk serangan hama,  sangat minim bahkan kadang tidak ada hama yang menyerang.  Perawatannya pun cukup mudah, hanya dengan menyiram tanaman kembang kol dua kali sehari.

“Kembang kol tidak boleh kekurangan air, kuncinya hanya itu. Modal yang dibutuhkan pun terbilang murah karena media yang dibutuhkan untuk mengembangkan budidaya ini hanya plastik poly bag berukuran 35 cm x 20 cm dan tanah yang dicampur dengan kotoran kambing,” paparnya.

Advertisement

Perbandingan campuran antara kotoran kambing dan tanah tersebut 1 : 1. Setelah itu, campuran tersebut dimasukkan di poly bag yang bisa digunakan terus menerus untuk penanaman kembang kol kembali.

Fajar Tulus Widiantoro/JIBI/Solopos

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif