Soloraya
Selasa, 20 Agustus 2013 - 21:05 WIB

MENINGGAL SAAT MENDALANG : Sakit Parah Tak Hiraukan Ki Joko Wardono Mainkan Wayang Hingga Ajal Menjemput...

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jenazah dalang Ki Joko Wardono saat berada di rumah duka di Pengging, Boyolali. (Himawan Ardhi Ristanto/JIBI/Solopos)

Jenazah dalang Ki Joko Wardono saat berada di rumah duka di Pengging, Boyolali. (Himawan Ardhi Ristanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Bendera merah tanda duka cita dipasang di Jalan raya Banyudono-Pengging. Samar-samar alunan murotal  Alquran mengalun lembut.  Sementara itu, beberapa bunga berisikan ucapan belasungkawa berjajar seolah menyambut pelayat yang berdatangan.

Advertisement

Di halaman rumah Ki Gondomidjojo di Dusun Bukurireng, Desa Bendan RT 010/RW 002, Kecamatan Banyudono, Selasa (20/8/2013), tertata rapi kursi dan tratak. Rumah ayahanda almarhum KI Joko Wardono, 46, inilah yang menjadi rumah duka sebagai persemayaman dalang kondang asal Pengging, Kecamatan Banyudono ini.

Suasana duka masih menyelimuti rumah dalang muda ini. Salah satu yang paling terpukul dengan meninggalnya Ki Joko Wardono adalah Sri Warasih, kakak kandung Joko. Saat ditemui Solopos.com di rumah duka, Selasa,  mengatakan sebenarnya Joko Wardono sudah lama menderita sakit jantung.

Sakit tersebut sudah sampai parah, karena dokter sudah menyatakan sakit berat. Walaupun begitu Ki Joko Wardono tidak pernah mau berhenti mendalang, hingga akhirnya meninggal pada saat mendalang Senin (19/8/2013) pukul 22.30 WIB.

Advertisement

“Sudah dilarang mendalang, tetapi dia selalu bilang  pas main wayang itu merasa sehat. Mereka yang menonton juga tak mengira kalau dia sakit kan,” ujar dia sembari menahan tangis.

Rabine Wisanggeni, menjadi lakon terakhir yang dimainkan dalang lulusan  SMKI Konservatori Solo (SMK N 8 Solo) ini. Sri, juga bercerita tekad mewayang dari Ki Joko Wardono memang besar karena menganggap bahwa  tanggung jawab seorang dalang adalah untuk bercerita.

“Dia padahal sudah dilarang main Senin ini, tapi dia selalu bilang emoh gelani wong,” terang Sri.
Cerita lain diceritakan, kakak ipar Joko Wardono,  H Sutrisno, yang mengatakan firasat akan berpulangnya Ki Joko Wardono adalah permintaannya untuk dibelikan motor dan mobil berwarna serba putih.

Advertisement

“Sebelum ini kan saya jual mobil dan saya mau belikan lagi untuk adik saya ini, tetapi dia minta warna putih, sebelum ini juga minta Yamaha vixion warna putih,” ujar dia.

Selain itu, Ki Joko Wardono juga minta rumah miliknya di Dusun Ngesrep, Desa Ngaru-aru dijual dan ingin pulang ke rumah orang tuanya. Uang hasil penjualan rumah tersebut untuk memperbaiki rumah orang tuanya.

“Inilah mengapa kami semayamkan almarhum di rumah orang tua ini, karena semasa hidup ingin pulang ke sini,” ujar dia.

Dalang yang digemari karena limbukan dan goro-goro ini, dimakamkan di  Pemakaman Batulata Bantulan, Desa Jembungan, Banyudono pukul 13.00 WIB. Pelepasan jenazah dilakukan melalui tradisi Jawa dengan sambutan dari pengurus Paguyuban Dalang Se-Surakarta (Padasuka) yakni KPH Gusti Benowo   dan  lelipur dari Sayoko Gondo Saputra. Ki Joko Wardono meninggalkan seorang Istri yakni Doty Retnowati, 42.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif