Soloraya
Jumat, 16 Agustus 2013 - 07:12 WIB

Bakda Sapi, Wujud Rasa Syukur kepada Tuhan....

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan sapi memenuhi sepanjang jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (15/8) dalam tradisi Bakda Kupat atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos


Ratusan sapi memenuhi jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Kamis (15/8) dalam tradisi Bakda Kupat atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi. (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos

Ratusan sapi terlihat memenuhi sepanjang jalan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Kamis (15/8/2013) pagi. Uniknya, di leher hewan-hewan ternak jenis sapi perah itu tergantung ketupat.

Advertisement

Setelah diberi makan ketupat, oleh para pemiliknya, sapi-sapi itu kemudian digembalakan keliling kampung dalam tradisi perayaan Syawalan yang disebut Bakda Kupat [Lebaran Ketupat], atau dikenal juga dengan tradisi Bakda Sapi yang biasanya diadakan tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Suasana pun semakin semarak. Sebab selain para peternak sapi, peternak kambing pun ikut serta menggembalakan hewan-hewan mereka di jalan kampong tersebut. Hal itu dilakukan setelah warga menggelar kenduri di lingkungan RT masing-masing. Kenduri itu juga menggunakan ketupat, sayur dan berbagai lauknya.

Setiap tahunnya, tradisi tersebut selalu menarik perhatian baik bagi masyarakat setempat, maupun warga dari sekitar dukuh. Menurut tokoh masyarakat setempat, Hadi Sutarno, tradisi tersebut merupakan salah satu budaya nenek moyang yang terus dilestarikan masyarakat setempat hingga sekarang.

Advertisement

“Ya, ini untuk nguri-uri [melestarikan] kebudayaan nenek moyang,” ujar Hadi ketika ditemui wartawan di sela-sela acara, Kamis.

Di samping melestarikan budaya nenek moyang, Hadi menjelaskan tradisi itu juga sebagai simbol rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang telah memberikan rezeki melalui hewan-hewan ternak tersebut.

“Karena Tuhan YME telah memberikan rezeki melalui hewan-hewan ternak yang dimiliki mayoritas warga di sini, hasilnya bisa menghidupi kebutuhan sehari-hari warga,” katanya.

Advertisement

Seorang warga setempat, Suharman, mengatakan tradisi itu sudah berlangsung turun-temurun. Para pemuda dukuh, bahkan juga ikut melestarikannya agar tidak punah. “Kami berharap tradisi ini tetap bisa dilestarikan sampai nanti,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif