Soloraya
Kamis, 15 Agustus 2013 - 17:09 WIB

MAHASISWA PAPUA DEMO : Polisi Solo Sita Atribut Bintang Kejora

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

UNJUK RASA ALIANSI MAHASISWA PAPUA

Solopos.com, SOLO — Jajaran Polresta Solo menyita dua atribut berlogo bintang kejora yang dibawa demonstran yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Bundaran Gladak, Pasar Kliwon, Kamis (15/8/2013) siang. Penyitaan atribut yang dapat memicu sparatis itu terpaksa dilakukan aparat kepolisian setelah peringatan dua kali tidak diindahkan.

Advertisement

Berdasarkan informasi di lapangan, mahasiswa Papua telah dua kali melakukan demo di Bundaran Gladak. Mereka nekat mengibarkan atribut bintang kejora yang dapat memicu provokatif. Melihat kenyataan tersebut, aparat kepolisian telah mengingatkan para demonstran. Namun peringatan itu diindahkan oleh mahasiswa Papua yang menempuh studi di kampus di Solo.

“Kami memang mengamankan dua atribut berlogo bintang kejora. Sebelumnya, mereka minta izin akan berdemo di Gladak, tapi janji tidak membawa atribut itu. Namun kenyataannya mereka nekat membawa atribut bintang kejora, akhirnya kami sita sebelum berangkat ke sini,” kata Kasat Intel Polresta Solo, Kompol Fakhruddin, saat ditemui di lokasi, Kamis.

Informasi di lapangan, barang yang disita aparat kepolisian berupa MMT dan spanduk berlogo bintang kejora. Dua alat peraga itu rencananya dibawa mahasiswa dan dikibarkan di Bundaran Gladak seperti dua aksi sebelumnya. Beruntung, aparat kepolisian bertindak cepat mengamankan atribut atau logo yang bisa memicu kelompok sparatis di negeri ini.

Advertisement

Tindakan tegas dilakukan aparat kepolisian agar tidak terkesan pembiaran terhadap keberadaan kelompok sparatisme. Aksi tersebut juga mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Mereka bersiaga di sejumlah titik kawasan Gladak.

“Atribut itu kami amankan di sekitar mess mahasiswa Papua di Bibis Kulon, Cengklik, Banjarsari. Mereka awalnya ngotot, tapi kami tetap minta agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Fakhruddin.

Sementara itu, Koordinator Aksi, Dinno Abugy mengakui sebelum aksi digelar ada intimidasi dan penekanan dari aparat kepolisian. Pihaknya dan demonstran lainnya dilarang membawa alat peraga saat aksi di Gladak.

Advertisement

“Ini jelas telah melanggar demokrasi dan kebebasan menyampaikan pendapat. Kami hanya diperbolehkan menyebarkan brosur ke masyarakat tapi tidak boleh membawa spanduk,” ungkap dia.

Dalam aksinya, mereka menuntut kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua. Selain itu, demonstran mendesak penghentian aktivitas eksploitasi semua perusahaan multi nasional di seluruh tanah Papua.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif