Beberapa hari lalu tepatnya Lebaran hari ketiga, Jeng Janeth dan Lady Cempluk, ibu dan anak warga penghuni sebuah perumahan di Gamping, Wates ini pergi ke pasar. Mereka bermaksud mencari belanja dan cari sayur mayur.
Tidak seperti biasanya. Begitu sampai Pasar masih terlihat sepi, maklum para penjual masih sibuk Lebaran.
Jeng Janeth dan Lady Cempluk pun muter-muter cari belanjaan rempah-rempah dan setelah selesai tinggal beli daging, “Ya wis, Nduk. Ayo beli daging ayam,” ajak Jeng Janeth.
Setelah jalan Jeng Janeth sampai di lapak khusus daging.“Hla…kok iki ono daginge di meja tapi kok gak ada penjuale yo bu?” tanya Cempluk.
“Yo wis buk, kita tunggu di sini sampai penjual ayamnya datang. Kasihan kalau ada maling yang mengambil,” ajak Cempluk.
Tiba-tiba Jon Koplo datang dan langsung memanggil Jeng Janeth dan Cempluk, “daging ayamnya berapaan mbak satu kilonya?” tanya Koplo.
“Wah, maaf mas, kami bukan penjualnya,” jawab Cempluk kisinan.
“Oalaaah, tak kirain sampeyan itu penjualnya. Ya sudah, mohon maaf,” balas Koplo sambil pamit pergi.
Cempluk dan Janeth pun awalnya juga akan pergi karena dongkol, tapi tiba-tiba Tom Gembus penjual asli muncul.
“Mbak…mbak…tunggu saya penjualnya,” panggil Tom Gembus yang baru datang dari toilet.
Akhirnya Janeth dan Cempluk menceritakan kejadian yang dialaminya pada Gembus. Kontan saja Gembus yang mendengar cerita langsung tertawa ngakak.