Kolom
Senin, 12 Agustus 2013 - 08:30 WIB

GAGASAN : Mudik Pengaruhi Ekonomi Lokal

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mulyanto yanto.mul@gmail.com Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Kepala Pusat Informasi dan Pembangunan Wilayah (PIPW) LPPM Universitas Sebelas Maret

Mulyanto
yanto.mul@gmail.com
Dosen di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Kepala Pusat Informasi
dan Pembangunan Wilayah (PIPW)
LPPM Universitas Sebelas Maret

Aktivitas mudik warga terkait Lebaran tahun 2013 diperkirakan telah menciptakan aliran uang senilai Rp50 triliun, dengan rincian Rp34,5 triliun berasal dari uang tunai Bank Indonesia yang diserap masyarakat dan sisanya sekitar Rp15 triliun berasal dari transaksi pengiriman uang tunai tenaga kerja Indonesia (TKI) dari berbagai negara (Kompas, 5/8).

Advertisement

Jumlah pemudik berdasar perkiraan pemerintah mencapai 26 juta orang atau setara dengan 6,5 juta keluarga. Jika setiap keluarga membawa uang Rp3 juta–Rp5 juta, uang yang mengalir ke daerah diperkirakan mencapai Rp20 triliun– p.32 triliun. Aliran uang dari aktivitas mudik sebagian besar terserap untuk keperluan konsumsi, baik konsumsi makanan, pakaian, maupun rekreasi.

Kondisi ini dapat dilihat dari membeludaknya kunjungan masyarakat ke pusat-pusat perbelanjaan, toko-toko modern (minimarket, supermarket, department store, hypermarket, ataupun toko grosir), dan relatif sedikit yang datang ke pasar tradisional menjelang Lebaran, dan akan banyak kunjungan masyarakat ke pusat-pusat rekreasi setelah Lebaran. Pemanfaatan dana dari aktivitas mudik yang sebagian besar ke pola konsumsi dibanding ke aktivitas produksi dapat mengakibatkan perekonomian daerah (khususnya di Provinsi Jawa Tengah) mengalami pertumbuhan dalam jangka pendek, tetapi tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.

Di lain pihak, kecenderungan masyarakat yang suka membelanjakan uang hasil kegiatan mudik ke pusat-pusat perbelanjaan dan jaringan toko-toko modern (yang telah merambah hingga ke pelosok perdesaan) menyebabkan aliran uang kembali tersedot ke pusat pemerintahan (baca: DKI Jakarta). Jika kondisi ini dibiarkan, kehidupan masyarakat perdesaaan akan tetap berjalan seperti biasanya, dan akan semakin sulit untuk ditingkatkan kesejahteraannya.

Advertisement

Pola membelanjakan uang hasil mudik kepada kerabat di perdesaan sebaiknya mulai diarahkan ke kegiatan-kegiatan produktif sesuai kondisi di daerahnya. Jika di daerah memungkinkan untuk dikembangkan kegiatan peternakan besar (semisal: peternakan sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan sejenisnya) maupun peternakan kecil (semisal: peternakan ayam, itik, angsa, burung puyuh, dan sejenisnya) sudah selayaknyalah jika uang hasil mudik sebagian besar kelak dialokasikan ke kegiatan-kegiatan produktif semacam ini.

Alokasi uang hasil mudik ke sektor produktif akan membawa dampak terjadinya pekerjaan tambahan, semisal pencari rumput, pemelihara ayam/burung, pemelihara ternak, dan sebagainya. Walaupun masih dalam tataran rumah tangga, jika hasil kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan, niscaya dapat mengurangi tingkat pengangguran di perdesaan.

 

Saluran Investasi

Advertisement

Selain alokasi dana ke kegiatan peternakan, saluran investasi ke sektor pariwisata dapat juga menjadi pemikiran dan pertimbangan ke depan bagi para pemudik yang dananya berlebih agar tidak semuanya terserap pada aktivitas konsumtif. Setelah Lebaran, aliran uang hasil aktivitas mudik biasanya akan banyak mengalir ke pusat-pusat kegiatan pariwisata.

Aliran uang ke objek wisata di wilayah Jawa Tengah pada 2013 diperkirakan mencapai Rp5,2 triliun (Kompas, 6/8). Jika kondisi ini dapat dikelola secara baik dapat membawa dampak ekonomi bagi banyak pihak, yaitu pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat di sekitar lokasi. Pemerintah akan mendapatkan aliran uang dari hasil pengelolaan retribusi tiket/karcis masuk objek wisata, retribusi parkir, retribusi terminal, dan sejenisnya.

Dunia usaha (industri kecil/usaha kecil dan menengak atau UKM/ industri kecil dan menengah atau IKM) akan mendapatkan berkah dari hasil penjualan makanan, pakaian, dan kebutuhan lain yang terkait dengan objek wisata setempat. Masyarakat di sekitar lokasi akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan kegiatan apa saja yang dapat meningkatkan tingkat pendapatan mereka.

Para pemudik dapat mengalokasikan sebagian uang mereka ke para pelaku usaha kecil (UKM/IKM) dengan mekanisme yang dapat disepakati bersama. Jika cara ini dapat dijalankan, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama akan ada efek ganda (multiplier effect) dalam bentuk penyerapan tenaga kerja tambahan dan sekaligus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Advertisement

Sikap para pemudik yang cenderung menghabiskan uangnya untuk belanja konsumtif lebih disebabkan oleh terbatasnya sektor-sektor usaha yang dapat dikembangkan di desa karena minimnya sarana-prasarana pendukung. Sebagian besar pemudik cenderung mempunyai anggapan bahwa jika ingin mencari uang harus pergi ke kota. Kesenjangan pembangunan desa–kota cenderung melebar.

Pemerintah daerah (pemda) harus mulai berpikir ke arah tersebut.  Misalnya, rencana Pemerintah Kabupaten Klaten mengembangkan kawasan minapolitan di delapan desa yang mencakup lima desa di Kecamatan Polanharjo, dua desa di Kecamatan Tulung dan satu desa di Kecamatan Karanganom perlu didukung dan diapresiasi.Objek wisata air yang di dalamnya ada wisata pancingan, wisata kuliner dengan lauk-pauk berupa ikan dan sejenisnya, tentu akan dikunjungi banyak orang setelah Lebaran.

Kita semua dapat membayangkan jika terjadi sinergi yang baik dan saling menguntungkan antara masyarakat, pelaku usaha kecil, dan pemda; perekonomian lokal akan dapat tumbuh dengan baik dan berkelanjutan. Kegiatan yang berkaitan dengan masalah perikanan juga akan tumbuh, semisal usaha pembenihan ikan, usaha pembesaran ikan, usaha pengolahan pakan ikan, usaha pemancingan ikan, usaha pengolahan ikan setelah panen, dan seterusnya.

Semua usaha ini menjadi ladang dan saluran investasi serta akan mendatangkan nilai tambah berupa peningkatan pendapatan bagi para pihak yang terlibat di dalamnya.  Kita semua tentu berharap aktivitas mudik yang menjadi agenda rutin setiap tahun di berbagai daerah tidak semata-mata menghabiskan uang untuk kepentingan konsumtif, tetapi sebagian besar kelak juga dapat disalurkan untuk kegiatan produktif. Jika pola ini berhasil, diharapkan akan berdampak pada perbaikan kualitas hidup masyarakat perdesaan dari waktu ke waktu dan berkelanjutan.

Advertisement

Kehidupan di perdesaan juga harus menjadi semakin menarik, sehingga desa juga dapat dijadikan lahan untuk memperbaiki kualitas hidup bagi sebagian besar penghuninya. Kehadiran para pemimpin yang mampu membawa perubahan besar di desa menuju kondisi yang lebih baik, lebih bersatu, lebih tertib dan aman, lebih adil, lebih sejahtera dan lebih makmur, sangat dinantikan pada saat-saat seperti sekarang ini. Apakah pemimpin seperti kriteria tersebut ada di antara para pemudik?

 

 

 

 

 

Advertisement

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif