News
Kamis, 1 Agustus 2013 - 17:17 WIB

KUDETA MESIR : WNI di Mesir Minta Dievakuasi

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Evakuasi TKI dari Mesir saat Arab Spring, 2010 silam, (JIBI/Solopos/Reuters/Supri)

Evakuasi TKI dari Mesir saat Arab Spring, 2010 silam, (JIBI/Solopos/Reuters/Supri)

Solopos.com, JAKARTA — Warga negara Indonesia (WNI) di Mesir mulai waswas dengan semakin gentingnya situasi negeri piramida tersebut setelah kudeta militer, 3 Juli lalu. Mereka meminta segera dievakuasi dari negara yang tengah mengalami krisis politik pelik itu.

Advertisement

“Kalau sekarang waswasnya berbeda dengan dulu [ketika Arab Spring]. Sekarang lebih-lebih, karena orang-orang yang pro kudeta adalah orang-orang yang anti agama,” kata seorang mahasiswa Al Azhar yang berasal dari Indonesia M Faiq Dzunnuraini Lc Dipl kepada Kantor Berita Antara yang menghubunginya dari Jakarta, Kamis (1/8/2013).

Arab Spring yang dimaksud Faiq adalah momentum kebangkitan dunia Arab yang ditandai gelombang revolusi di berbagai jazirah Arab. Terjadi sejak 18 Desember 2010, dengan diawali di Tunisia, berlanjut ke Mesir, Libya, Bahrain, Suriah, Yaman, Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, dan Oman. Musim Semi di Arab itu juga mempengaruhi Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat.

Faiq menjelaskan dalam krisis Mesir kali ini, orang-orang yang pro terhadap kudeta melakukan sweeping terhadap orang-orang berjenggot. Bahkan, lanjut dia, ada warga Mesir yang dibakar karena berjenggot. “WNI yang ada di Mesir mulai tidak nyaman. Walaupun terlihat kondusif situasinya, namun bisa meledak setiap saat,” tambah dia.

Advertisement

Perkembangan Mesir pascakudeta, lanjut dia, bisa mengarah ke perang saudara. Untuk itu, dia mengharapkan agar pemerintah Republik Indonesia melakukan evakuasi terhadap kurang lebih 4.000 WNI yang ada di Mesir. “Pemerintah harus mulai mencicil dengan mengevakuasi ibu hamil, perempuan, dan anak-anak,” sarannya.

Mantan Presiden Mesir Muhammad Morsi digulingkan oleh militer Mesir pada 3 Juli. Sejak itu, gelombang protes terus memanas di Mesir. Hampir 300 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka dalam bentrokan saat pendukung Morsi menggelar aksi protes di Masjid Rabaa al-Adawiya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif