Den Baguse dan Mas Behi adalah siswa yang suka mencari-cari alasan untuk mbolos saat pelajaran Bahasa Inggris. Biasanya mereka nongkrong di kantin, perpustakaan atau ngumpet di UKS. ”Males…habis gurunya galak sih!” begitu kata keduanya kompak.
Di sekolah keduanya, guru bahasa Inggris, Miss Lady Cempluk, terkenal super disiplin. Kadang suka berkata keras dan bernada tinggi seperti orang yang sedang marah-marah. Bagi siswa yang suka santai dan seenaknya sendiri pasti tidak suka, malah mereka menjuluki Miss Lady Cempluk “Guru Killer”
Suatu hari pada saat pelajaran, Miss Lady Cempluk mendapati Den Baguse , Mas Behi belum masuk kelas. Lady Cempluk tidak marah, dia hafal kebiasaan anak-anak itu, “pasti mereka sedang ngepos di kantin sekolah,” pikir Lady Cempluk.
Benar saja, ketika dicek di kantin, anak-anak itu sedang menikmati siomay dan es teh. Dengan wajah manis Lady Cempluk menegur,” Anak-anak, nanti kalau sudah selesai jajan, segera masuk kelas ya, tolong saya dibelikan mendoan lima biji dan bawakan ke kelas!” katanya.
Den Baguse dan Mas Behi saling berpandangan, kata Mas Behi ” Aneh ya, tumben Guru Killer kita enggak marah!”. Lalu Den Baguse dan Mas Behi patungan membeli mendoan lima biji.
Segera setelah membayar mendoan, mereka bergegas berlari ke kelas. Sampai di kelas mereka tidak diperkenankan duduk Lady Cempluk, tapi diminta untuk menyerahkan mendoan itu kepada Jon Koplo, Kepala Sekolah mereka. “Wah pasti kita diceramahi sama Pak Boss ni…,” kata keduanya dengan wajah pucat.
Ayu DW
Tinalan 462 B
Jogja