Solopos-fm
Selasa, 30 Juli 2013 - 11:27 WIB

PARPOL REKRUT ARTIS : "Artis, Pendulang Suara yang Dimarginalkan"

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi.

Ilustrasi Kotak Suara (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kecenderungan artis terjun ke dunia politik, jumlahnya terus meningkat. Salah satu pemicunya adalah alasan adanya hak politik yang sama bagi semua orang, termasuk artis. Hal itu didukung partai politik yang cenderung pragmatis, dan berkepentingan untuk merekrut orang populer.

Advertisement

Padahal dari segi kemampuan, tidak semua artis dianggap mumpuni dan memiliki modal cukup untuk terjun ke dunia politik. Burhanuddin Muhtadi, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia mengakui bahwa artis ini direkrut Parpol sebagai pendulang suara. Namun pada implementasinya, peran artis ini dimarginalkan atau dipinggirkan dalam pembuatan kebijakan publik. Hal ini diungkapkan Burhanuddin, dalam sesi Dinamika 103 Solopos FM, Selasa (30/7/2013).

“Artis seolah hanya memindahkan dunia glamour mereka, dari luar ke dalam gedung rakyat. Mereka seringnya lupa, bahwa mereka bukan lagi selebritis yang dilayani. Namun mereka adalah wakil rakyat yang harus melayani. Karena keterbatasan kemampuan tersebut, akhirnya mereka dimarginalkan, pada pengambilan kebijakan. Banyak artis yang protes karena mereka merasa tidak dipakai, akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya,” ungkap Burhanuddin.

Jalan Singkat

Advertisement

Jumlah artis yang memiliki kemampuan dalam politik dan kebijakan publik, menurut Burhanuddin juga masih bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar maju sebagai Caleg hanya bermodal aji mumpung. Mereka mencalonkan diri untuk mendongkrak popularitas saat pamor turun, maupun sebaliknya, yaitu memanfaatkan popularitas untuk mendapatkan jabatan publik.

Fenomena ini juga menunjukkan kaderisasi di Parpol yang mencapai jalan buntu. Parpol yang seharusnya merekrut masyarakat untuk menduduki jabatan publik, malah memilih jalan singkat, dengan memanfaatkan kepopuleran artis. Padahal menurut Burhanuddin, tiap Caleg harus melampaui jalan kederisasi yang panjang di partai, sehingga ideologi partai akan masuk di benak Caleg tersebut.

“Fenomena caleg artis ini akan merusak kaderisasi partai. Karena masyarakat akan malas untuk aktif di suatu Parpol. Mereka merasa upaya itu akan percuma, karena Parpol tetap saja memilih artis sebagai wakilnya,” jelas Burhanudddin.

Advertisement

Setiap orang berhak menjadi wakil rakyat, termasuk artis, karena hal itu tidak dilarang dalam undang-undang. Namun pada akhirnya rakyatlah yang memilih. Dari pengamatan Burhanuddin, tak semua Caleg artis ini sukses dalam pemilihan. Hal ini menujukkan bahwa masyarakat sudah mulai menjadi pemilih yang cerdas. Mereka memilih pemimpin sesuai dengan kemampuannya, bukan karena popularitas semata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif