Kolom
Selasa, 30 Juli 2013 - 08:10 WIB

GAGASAN : Pemilih Cerdas Menghasilkan Pemimpin Berintegritas

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JC Wiryatmoko jwiryatmoko@yahoo.com Pemerhati fenomena sosial Alumnus Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos (LPJS) angkatan pertama

 

JC Wiryatmoko
jwiryatmoko@yahoo.com
Pemerhati fenomena sosial
Alumnus Lembaga Pelatihan
Jurnalistik Solopos (LPJS)
angkatan pertama

Advertisement

Kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu dan kemenangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah (Jateng) belum lama ini menunjukkan fenomena baru, yakni pemilih dalam kedua pemilihan gubernur tersebut semakin cerdas.

Artinya, para pemilih mampu menggunakan hak pilih mereka berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam menentukan pilihan, para pemilih tidak lagi terpengaruh partai mana yang mengusung atau petahana atau bukan, tetapi lebih memperhatikan pribadi calon yang dipilih. Dengan kata lain, integritas sosok kandidat lebih menjadi perhatian pemilih. Dan yang menarik, mereka yang terpilih itu dari golongan muda usia.

Advertisement

Artinya, para pemilih mampu menggunakan hak pilih mereka berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam menentukan pilihan, para pemilih tidak lagi terpengaruh partai mana yang mengusung atau petahana atau bukan, tetapi lebih memperhatikan pribadi calon yang dipilih. Dengan kata lain, integritas sosok kandidat lebih menjadi perhatian pemilih. Dan yang menarik, mereka yang terpilih itu dari golongan muda usia.

Kondisi tersebut sungguh menggembirakan dalam konteks demokrasi. Substansi pemilihan kepala daerah, anggota legislatif, bahkan pemilihan presiden dan wakil presiden, adalah untuk mendapatkan pemimpin yang berintegritas yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Di tengah maraknya kasus korupsi yang terungkap, sosok yang dikenal relatif jujur, bersih, serta merakyat, langsung menarik pilihan pemilih.

Bagaimana dengan Pemilihan Presiden 2014? Belajar dari hasil kedua pemilihan kepala daerah (pilkada) di atas, ajakan menjadi pemilih yang cerdas merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Pilpres 2004 dan 2009 menjadi pelajaran berharga untuk tidak dikatakan mimpi buruk bagi rakyat. Kekecewaan terhadap kinerja Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY) sebagai presiden terpilih selama hampir satu dekade terakhir terutama dipicu kian merebaknya kasus korupsi, bahkan melibatkan menteri yang notabene dipilih sendiri oleh presiden melalui fit and proper test yang terpublikasi secara luas.

Advertisement

Penegakan hukum menjadi kendur dan penyimpangan pun kian masif. Padahal ketegasan dalam pengambilan keputusan yang solutif adalah salah satu ciri keberhasilan pemimpin. Pilpres 2014 tinggal satu tahun lagi. Ini adalah kesempatan bagi rakyat pemilih untuk secara cerdas menentukan pilihan mereka terhadap calon-calon presiden yang nanti akan diusung partai politik (parpol) atau gabungan parpol.

Menurut Mario Teguh ketika berbicara dalam acara The Golden Ways, 2 Juni lalu, integritas adalah kesetiaan kepada kebenaran. Pemimpin bangsa yang berintegritas adalah pemimpin yang berkomitmen penuh kepada kebenaran dalam memimpin bangsa. Artinya, pemimpin yang seperti itu adalah pemimpin yang jauh dari dusta, satunya kata dan perbuatan, serta abai pada kepentingan pribadi dan golongannya, semata mengabdi untuk rakyat.

Rekam Jejak

Advertisement

Memilih untuk mencari pemimpin bangsa yang berintegritas dalam pemilihan presiden mendorong pemilih melakukan proses pengenalan mendalam ihwal calon yang akan dipilih. Salah satu caranya dengan menelusuri rekam jejak calon yang akan dipilih. Rekan jejak ini tidak hanya pada prestasi dan sepak terjangnya di tengah masyarakat, tetapi juga riwayat mereka sejak masa kanak-kanak. Sikap tegas seseorang dalam mengambil keputusan terbentuk semenjak masih kanak-kanak.

Semisal ketika kanak-kanak merupakan ”anak mama”–anak manja yang suka merajuk-jika kelak menjadi pemimpin dan menghadapi permasalahan hanya bisa mengeluh atau mencurahkan isi hati (curhat) kepada rakyat. Sikap tegas mengandaikan berani bertanggung jawab mengambil risiko demi kebaikan rakyat dan keutuhan negeri. Keberanian diperlukan karena presiden nantinya akan berhadapan dengan dinamika kompleksitas persoalan baik domestik maupun internasional.

Tak kurang pentingnya dalam penelusuran tersebut, riwayat tindak kandidat pemimpin terkait persoalan etika dan hukum, baik yang mengemuka maupun tersamar. Riwayat kelam bisa menjadi senjata lawan politik lantaran memegang rahasia gelap masa lalunya. Hal ini dapat menyandera sang pemimpin sehingga tidak dapat bersikap tegas dan objektif. Pembiaran pada berbagai kasus penyimpangan bisa jadi bermuara dari persoalan ini.

Advertisement

Seorang calon pemimpin relatif harus beriwayat bersih dari persoalan etika, moral, dan hukum. Ia harus secara tegas berani berkata: Hidupku seperti buku yang terbuka, dan aku tidak malu pada halaman berapa pun dari buku itu! Bila demikian ia akan dapat menjadi teladan dalam penegakan hukum. Bagaimana kita bisa menelusuri rekam jejak para calon presiden yang akan maju dalam Pemilihan Presiden 2014?

Setidaknya dapat kita peroleh dari literatur serta media massa, baik cetak maupun elektornik, termasuk media online dan jejaring sosial. Namun, kita juga harus kritis memilah sumber informasi yang objektif. Bukan rahasia lagi, pemberitaan sebagian media tidak steril dari keberpihakan kepada kandidat presiden tertentu yang akan berlaga pada 2014. Ini berkenaan dengan kepemilikan media tersebut.

Demikian pula hasil lembaga-lembaga survei perlu dicermati, untuk tidak sangat dipercaya. Menjelang Pemilihan Presiden 2014 perang informasi bakal meninggi, kejelian calon pemilih sangat dituntut. Belum lagi peran lembaga propaganda yang akan menjejalkan informasi pada jejaring sosial sesuai kepentingan pemesan. Kita masih ingat pada masa kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta yang lalu, muncul isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang harapannya dapat mengunci majunya langkah salah satu kandidat.

Pencerdasan pemilih seperti diuraikan di atas tidaklah mudah, bisa dikatakan utopis. Ini terkait heterogenitas latar belakang para pemilih. Tetapi, pencerdasan pemilih terkait pemilihan umum (pemilu) mendatang, baik secara pribadi maupun kelompok–tak terkecuali pemilih pemula, serta didukung peran media massa yang berintegritas, sudah saatnya dimulai dari sekarang. Ini untuk mencegah sikap pemilih yang asal pilih, yang penting nyoblos, atau bahkan memilih jadi golongan putih (golput).

Lebih buruk lagi bila Pemilihan Presiden 2014 yang memakan biaya triliunan rupiah itu hanya akan menakhtakan seorang presiden yang tidak berintegritas yang tentua akan berakibat negeri tercinta ini semakin terpuruk. Pemilih yang cerdas dan kritis akan mendorong parpol-parpol memunculkan capres yang memiliki daya pilih. Menjadi indah bila semuanya itu demi masa depan negeri yang lebih baik bagi seluruh rakyat.

 

 

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif