Soloraya
Kamis, 25 Juli 2013 - 19:15 WIB

PASOKAN DAGING SAPI : Harga Sapi di Boyolali Anjlok

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasar sapi (JIBI/Solopos/Dok.)

Ilustrasi pasar sapi (Dok/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Harga sapi di Boyolali mulai anjlok dalam lima hari terakhir. Sejumlah pedagang mengaku kehilangan pembeli lantaran distribusi daging ke Jakarta tersendat.

Advertisement

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (25/7/2013), di pasar sapi Kecamatan Ampel, terganjalnya pasokan ke Ibu Kota itu sebagai dampak kebijakan impor daging sapi oleh pemerintah.

“Pengusaha daging sapi di Ampel dan sekitarnya bisa mengirim lima rit sapi ke Jakarta setiap hari, satu rit maksimal 16 ekor sapi. Lima hari ini tak ada kiriman,” terang Parno, warga Urut Sewu, Ampel, sekaligus salah seorang sopir pengiriman sapi saat ditemui Solopos.com di pasar Ampel.

Akibat kondisi itu, lanjut dia, harga sapi di pasar-pasar lokal di Boyolali terpengaruh. “Hari ini juga terasa. Untuk sapi yang siap potong, daging sudah kenceng, penurunan harga bisa sampai Rp3 juta,” kata Sumar, pedagang sapi asal Kaliwungu, Semarang.

Advertisement

Pedagang lainnya, Lukito, 40, menerangkan rata-rata penurunan harga sapi Rp500.000/ekor. Dia mengatakan penuruan harga itu membuat petani dan pedagang ragu-ragu.

“Ada ketakutan, petani cepet-cepetan menjual sapi. Pedagang seperti saya juga mengurangi sapi dibawa ke pasar, biasanya bawa 25 ekor dan hari ini hanya membawa 14 ekor,” tambahnya.

Selain sapi siap sembelih, lanjut dia, sapi dengan spesifikasi digemukkan juga mengalami penurunan harga. “Semua tergantung kualitas, sapi muda pun mengalami penurunan rata-rata Rp500.000 hingga Rp1 juta per ekor,” tukasnya.

Advertisement

Dia mencontohkan sapi jenis limosin usia delapan bulan miliknya hanya ditawar sekitar Rp11 juta. Padahal sepekan sebelumnya, sapi jenis tersebut disebutnya bisa tembus ditawar Rp12 juta.

Sejumlah pedagang menyebut petani merupakan pelaku yang paling dirugikan oleh kondisi tersebut. Lain halnya para jagal lebih dinilai beruntung atas kondisi itu.
“Perbandingannya penurunan harga per ekor dan harga daging. Jika jagal bisa mendapatkan harga sapi lebih murah dengan bobot daging sama maka mereka akan lebih untung, karena harga daging di sini belum terpengaruh kebijakan impor daging,” kata Lukito.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif