Kolom
Selasa, 23 Juli 2013 - 08:05 WIB

MIMBAR MAHASISWA : Relasi Buku, Keluarga & Anak

Redaksi Solopos.com  /  Tim Solopos  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - langit_abjad@yahoo.com Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Institut Agama Islam Negeri Surakarta


langit_abjad@yahoo.com
Mahasiswa Jurusan
Bahasa dan Sastra
Institut Agama Islam Negeri
Surakarta

Nasib buku dalam keluarga tidak seberuntung nasib perabot rumah tangga. Seperti juga kehadiran televisi dalam keluarga yang disambut hangat layaknya anggota keluarga yang datang dari jauh. Televisi menempati ruang khusus di hati anggota keluarga, waktu, dan ruang di dalam rumah. Televisi menjadi hiburan yang dinikmati bersama. Sedangkan buku, sepertinya tidak banyak mendapatkan tempat di dalam rumah. Buku hanya kepatutan atau kelayakan bagi para bocah di masa sekolah.

Advertisement

Buku tidak mendapat rak kayu kuat berukir layaknya televisi. Tidak juga mendapat lemari bagus seperti tempat berlabuhnya piring, cangkir, gelas, mangkuk, yang memangku tugas sebagai penghias rumah. Buku tidak bisa diletakkan sesuka pemiliknya. Tumpukan buku tidak akan hadir di ruang-ruang penting dalam rumah; entah ruang tamu atau ruang keluarga. Akan ada perintah untuk merapikan, meletakkan dan menaruh buku pada tempat tertentu. Terciptalah pengasingan buku dalam rumah.

Keluarga sejatinya memiliki peran penting dalam penghadiran buku di rumah, termasuk bagi anak-anak. Keluarga dengan latar belakang pendidikan tinggi biasanya memiliki rak buku di dalam rumah. Buku tertata rapi bersama foto-foto keluarga dan wisuda yang terpajang di dinding. Ketika anak meminta buku, orang tua mengantarkan anak ke toko buku tanpa banyak pertimbangan. Ada saat-saat tertentu keluarga berkunjung ke toko buku bersama-sama. Apalagi untuk urusan buku pelajaran, orang tua tidak akan menunda. Orang tua tidak ingin anak gagal di sekolah.

Tentu berbeda dengan keluarga yang biasa-biasa saja. Buku di luar buku pelajaran bukan konsumsi keluarga. Buku paket dari sekolah atau lembar kerja siswa (LKS) sudah cukup mengesahkan diri mengalami perkenalan dengan buku. Sebagian anak mungkin akan berinisiatif meminjam buku dari perpustakaan atau taman bacaan. Kondisi ini mungkin berbeda dengan keluarga dengan latar belakang yang religius. Buku-buku agama bisa hadir di meja sebagai bacaan mengisi waktu, selain membaca Alquran. Bisa dikatakan buku-buku agama dihadirkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka. Sekalipun anak tidak membaca buku-buku itu.

Advertisement

Hidup Kartini bisa dikatakan bahagia karena ia mempunyai keluarga dan mengenal buku. Keluarga saja tidak cukup sekalipun Kartini memiliki ayah yang menyayangi dan saudara yang bisa diajak berbagi. Kartini bahagia karena keluarganya mengenalkan dan mempertemukannya dengan buku. Tahun 1892 adalah masa pingitan yang menyedihkan bagi Kartini. Usianya belum genap 13 tahun. Ia tidak bisa lagi menikmati saat-saat belajar di sekolah seperti adik-adiknya.

Bahagia

Kita bisa melacak keputusasaan Kartini dalam Majalah Tempo (22-28 April 2013) edisi Gelap-Terang Hidup Kartini. Kenestapaan menjalani hidup sebagai perempuan Jawa diobati dengan kehadiran kotak bacaan ayahnya yang berisi buku, koran, dan majalah dari dalam dan luar negeri. Kartini sosok gadis kecil yang bahagia bersama buku. Bacaan-bacaan bertema sosial, politik, dan sastra menjadi teman sekaligus menjadi kekuatan bagi Kartini untuk melawan dan merobohkan tradisi yang mengungkung kaum perempuan pada zamannya.

Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak yang sangat dicintai Kartini, juga memiliki peran besar dalam asupan bacaan. Setiap liburan dari Hoogere Burgerschool (HBS) Semarang, Sosrokartono membawa oleh-oleh bacaan. Pengetahuan modern bertopik emansipasi dan revolusi Prancis serta novel-novel populer menjadi kebahagiaan bagi Kartini. Kita bisa menduga bahwa bacaan-bacaan inilah yang membawa Kartini untuk menulis dan memublikasikan karyanya di jurnal dan majalah-majalah.

Advertisement

Kartini tidak menulis sendirian. Kartini juga menjalani proses berliterasi bersama adik-adiknya, Roekmini dan Kardinah. Kebersamaan keluarga dan buku juga terjadi di keseharian K.H. Agus Salim. Dalam buku Haji Agus Salim (1985), Mukayat menceritakan kehidupan keluarga yang juga diisi dengan buku. Pada masa kolonial, Agus Salim tidak mengirim anak-anaknya ke sekolah. Pendidikan kolonial sarat dengan diskriminasi dan hanya mencetak tenaga-tenaga kasar dan menengah untuk pegawai-pegawai pabrik.

Agus Salim menyelenggarakan pendidikan sendiri dengan bertumpu pada keluarga. Agus Salim menganjurkan istrinya untuk banyak membaca. Selain menambah pengetahuan, persiapan ini dilakukan agar nanti istrinya, yang juga seorang ibu, tidak canggung mengajari anak-anaknya. Selain itu, Agus Salim membebaskan anak-anaknya membaca buku. Mereka bebas memilih. Membaca buku-buku dilakukan di samping ibu yang sedang menjahit. Membaca buku menjadi peristiwa keseharian. Hingga tumbuhlah rasa aman dan tanpa rahasia.

Abad ke-21 memang mengundang ragu bahwa buku hadir sebagai kebutuhan dan anggota keluarga yang membagi pelajaran, hikmah, dan pengetahuan. Buku sekadar menjadi atribut sebagai murid atau anak sekolahan. Inilah yang terjadi hampir di setiap rumah. Rumah-rumah tidak berbuku. Keluarga tanpa kehangatan dan kehadiran buku. Buku dikungkung oleh ruang dan waktu. Anak-anak hanya membaca buku pelajaran sebagai tugas sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Namun, saya masih percaya anak adalah peniru. Ketika anak melihat ayah atau ibu duduk dengan santai sambil memegang dan membaca buku, anak merekam dalam ingatannya. Bisa jadi ia akan merasa penasaran dan bertanya-tanya; buku apa yang dibaca, apa isi bukunya, kenapa membaca buku. Apalagi jika anak sering dibacakan buku-buku menjelang tidur atau di waktu bersama keluarga.

Advertisement

Peristiwa ini membuat anak mencari kemudian mengikuti. Perpustakaan dan taman bacaan dijelajahi. Orang tua menjadi pertimbangan dan sasaran cerita saat anak menemukan hal menarik dalam bukunya. Anak memiliki emosionalisme buku lewat ruang, waktu, dan keluarga. Buku akan membawa kebermaknaan dan kepekaan hidup.

 

 

 

Advertisement

 

 

 

 

 

 

Advertisement

 

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif