Umum
Sabtu, 20 Juli 2013 - 05:58 WIB

Persaingan Makin Ketat, Hotel Pangkas Karyawan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi karyawan hotel melayani tamu (JIBI/Solopos/Antara/Eric Ireng)

Ilustrasi karyawan hotel melayani tamu (JIBI/Solopos/Antara/Eric Ireng)

Solopos.com, SURABAYA — Ketatnya persaingan usaha memaksa manajemen hotel di Surabaya memangkas biaya, salah satunya dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Advertisement

Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur M Soleh mengungkapkan ada sekitar 83 hotel yang beroperasi pada tahun ini dari posisi sekarang 63 unit. Adapun jumlah kamar hotel bintang di Jawa Timur 9.000 unit dan 5.000 unit di antaranya berada di Surabaya. Jumlah itu belum termasuk hotel bertarif murah atau bujet. “Minat perhotelan masuk masih tinggi meski persaingan cukup ketat,” jelasnya, Jumat (19/7/2013).

Persaingan itu, mendorong manajemen menekan biaya operasional. General Manajer Novotel Surabaya (Accor) Djulkarnain menguraikan efisiensi utamanya dilakukan hotel bujet. “Hotel di bandara [Juanda] ada 144 kamar tapi karyawannya hanya 20 orang. Kamarnya juga kecil dan dikemas hingga di satu kamar ada beberapa ranjang,” urainya di sela-sela diskusi persaingan hotel di Surabaya.

Menurutnya, paradigma hotel cenderung menerapkan jumlah kamar sebanding dengan jumlah karyawan. Pola perbandingan itu kerap dilakukan hotel berbintang tiga ke atas. Namun, sambungnya, model itu mulai ditinggalkan karena sumber daya manusia menyerap 21% dari total pendapatan. Sebelumnya karyawan hanya menyerap 17% pendapatan tapi kenaikan upah menjadikan porsi gaji juga bertambah.

Advertisement

Djulkarnain menambahkan efisiensi juga dilakukan dengan menyerahkan urusan laundry ke pihak ketiga. Pola seperti itu lebih efisien dibanding dikerjakan karyawan sendiri.

Di sisi lain, persaingan juga mengubah sektor penyumbang pendapatan. Djulkarnain menguraikan dulu layanan kamar jadi tumpuan utama, tetapi kini mulai diimbangi layanan makanan dan minuman. “Pertemuan atau seminar mendongkrak pula pendapatan makanan dan minuman. Tapi kamar masih 60% penyumbang pemasukan,” jelasnya.

Direktur Sekolah Perhotelan East Asia Institute of Management Ivy Ang menguraikan perbaikan layanan menjadi jurus pokok bertahan di era persaingan. “Di Sentosa Island ada 10 hotel tetapi semua bertahan karena memiliki kekhasan layanan yang berbeda-beda,” jelas pendidik sekolah perhotelan berbasis di Sangapura itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif