Entertainment
Selasa, 16 Juli 2013 - 04:21 WIB

SOLO BATIK FASHION V : Batik di Era Modernisasi, Tak Ada Batas Kreativitas

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Talkshow dalam rangka Solo Batik Fashion V di Pendapi Gedhe Balai Kota Solo (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Talkshow dalam rangka Solo Batik Fashion V di Pendapi Gedhe Balai Kota Solo (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kemajuan zaman dan teknologi telah menyentuh banyak aspek kehidupan. Salah satunya industri kreatif, batik. Perkembangan batik sejak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia 1999 lalu, terus menggeliat.

Advertisement

“Tidak ada batas lagi untuk kreativitas. Tapi pada perkembangannya, kreativitas batik di Solo harus lebih dibanding kota lain karena Solo itu tempat lahirnya batik,” kata Pecinta batik dan kolektor batik lawasan, Fafa G Utami, ketika menggelar sarasehan Batik di Tengah Modernisasi di Pendapi Gedhe Balai Kota Solo, Senin (15/7/2013) petang.

Fafa membeberkan kekuatan batik di Solo ada pada ciri khasnya yang membedakan dengan kota-kota lain. Dirunut dari sejarahnya, lanjutnya, Solo juga memiiki sejarah panjang dengan sejumlah tokoh yang berkiprah di bidang batik.

“Batik Solo tetap memiliki ciri khasnya sebagai kekuatan lewat warna sogan dan motifnya. Maestro batik, Go Tik Swan menjadi penanda awal bangkitnya batik klasik dan menjadi titik balik batik yang tidak terkotak-kotak daerah,” bebernya.

Advertisement

Melihat posisi tawar batik Solo saat ini, desainer sekaligus Ketua Umum Solo Batik Fashion (SBF) V, Djongko Rahardjo, mengutarakan masa depan batik di Solo di tengah keberadaan industri fashion dunia cerah.

“Batik bertahan di tengah industri fashion kelas dunia itu mungkin sekali. Ini sifatnya lebih tahan lama. Terbukti desainer Indonesia yang berkiprah di batik bisa diterima di pasar internasional. Brand internasional bahkan ada yang kerja sama dengan batik di Solo,” ungkapnya.

Meskipun perkembangan batik makin menggeliat, dalam kesempatan sarasehan yang dihadiri 300 perwakilan pelajar SMA/SMK Kota Solo, Paguyuban Putra Putri Solo, SIPA Community, dan pengusaha batik ini, Djongko kembali mengingatkan pijakan awal kreativitas desain batik tidak boleh lepas dari filosofinya.

Advertisement

“Kita harus tahu filosofi setiap wastra ketika mau mengembangkan batik. Kita wajib memperlakukan batik sebagaimana mestinya. Orang harus mau menjadikan batik filosofi hidupnya. Ada etika dan batasan yang tidak boleh dilanggar. Kita lebih baik menonjolkan motif batiknya dari pada harus mengedepankan garis rancang desainnya,” pungkasnya.

Sarasehan Batik di Tengah Modernisasi ini merupakan rangkaian kegiatan SBF V. Puncak acara SBF V akan dihelat di Halaman Balai Kota Solo, Jumat-Minggu (30/8-1/9/2013) mendatang.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif