Jogja
Selasa, 16 Juli 2013 - 13:31 WIB

UANG PALSU DIY : Mendeteksi Uang? Goyangkan Saja Uangnya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Reuters Ilustrasi uang

JIBI/Harian Jogja/Reuters
Ilustrasi uang

Harian Jogja.com, JOGJA— Setelah terbongkarnya peredaran uang palsu, Kepala Unit Operasional Kas Bank Indonesia DIY, Suyatno menyatakan masyarakat sebaiknya jeli saat menerima uang. Masyarakat disarankan untuk tidak malu mengoreksi dengan 3D, yakni dilihat diraba dan diterawang uang yang diterimanya.

Advertisement

Cara lain bisa dilihat menggunakan kaca pembesar. “Jika dilihat ada gambar Soekarno untuk uang Rp100.000, warna cerah. Kalau diraba ada benang pengaman kemudian kasar. Kemudian ada gambar air saat diterawang,” terangnya, Senin (15/7/2013).

Selain itu, lanjutnya, dengan melihat ciri lain yakni pada uang asli saat kertas digoyangkan maka bisa berubah warna. Ini karena refleksi warna di lembar uang tersebut. Akan tetapi pada uang palsu biasanya warna tidak bisa berubah dan hanya pada satu warna uang tersebut.

Sedangkan untuk perbedaan bahan kertas yang paling mudah dibuktikan yakni pada uang asli meski terkena air tidak luntur dan rusak. Namun uang palsu tidak saja luntur tapi hingga rusak saat terkena air.

Advertisement

Ia menambahkan peredaran uang palsu bisa terjadi kapan saja. Termasuk saat jelang Lebaran karena perputaran uang yang tinggi. Kehati-hatian dalam menukarkan uang juga harus ditingkatkan oleh masyarakat. Tingginya angka penukaran jelang Lebaran bisa dimanfaatkan oleh orang tidak bertanggungjawab untuk mengedarkan uang palsu.

Menukarkan uang di sejumlah jasa seperti kawasan depan BI DIY memang tidak dilarang akan tetapi jangan malu untuk membuka dan melihat asli atau palsunya uang. “Tahun lalu saja masyarakat yang menukarkan uang mencapai Rp90 miliar, tahun ini diprediksi meningkat antara 10 hingga 15 persen,” lanjutnya.

Kendati demikian, kata dia, peredaran uang palsu lebih banyak kerap terjadi saat jelang digelarnya Pilkada atau Pemilu. “Karena kalau pilkada dan pemilu logikanya mereka tidak mau rugi banyak,” ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif