Solopos.com, SOLO — Pemkot Solo berencana mencoret sejumlah agenda budaya yang dinilai tidak lagi relevan dengan dinamika kota. Hal itu menyusul semrawutnya pelaksanaan sejumlah event budaya di Kota Bengawan. Selain tidak berjalan maksimal, beberapa agenda terbukti lepas dari penjadwalan awal.
Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Selasa (16/7/2013), mengatakan terlalu padatnya agenda budaya di Solo menjadi salah satu pemicu kurang maksimalnya pengelolaan acara. Ke depan, pihaknya akan lebih selektif dalam menyetujui pelaksanaan event.
“Keberhasilan agenda budaya tidak diukur dari kuantitas event-nya. Lebih baik cuma punya dua sampai empat acara tapi netes,” ujarnya.
Sejumlah perhelatan budaya di Kota Bengawan dinilai mulai kehilangan geliatnya. Kritik di antaranya menyasar Solo Batik Carnival (SBC) VI yang penyelenggaraannya kurang maksimal. Permasalahan berlanjut dengan mundurnya ajang Solo Batik Fashion (SBF) yang sedianya dihelat 12-15 Juli. Ini merupakan penundaan agenda kedua tahun ini setelah Festival Wayang Bocah yang juga ditunda hingga September.
Sekda mengakui tak menutup kemungkinan terjadi pencoretan agenda yang dinilai tidak kontekstual dengan roh Solo. Pihaknya mengindikasi agenda yang hanya mementingkan unsur atraksi akan dipertimbangkan dicoret. Sementara acara yang nguri-uri budaya Jawa sebisa mungkin dipertahankan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Widdi Srihanto, mengakui adanya sejumlah kajian agenda yang luput. Kesalahan itu menyebabkan kurang maksimalnya acara, penonton sepi hingga kesalahan penjadwalan. Pihaknya berjanji akan memikirkan seluruh event yang akan digelar jauh-jauh hari. Di sisi lain, Widdi meminta pelaku event lebih terbuka dengan masyarakat.