Soloraya
Senin, 15 Juli 2013 - 00:15 WIB

KOTA KARTASURA : Setahun Harga Areal Persawahan Naik Jadi Rp450.000/m2

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Areal persawahan di Desa Singopuran, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo kini berubah menjadi perumahan. Para pengembang mengincar kawasan tersebut karena dipandang strategis dan prospektif. Foto diambil Jumat (7/6/2013). (Subaryo HB/JIBI/Solopos)

Areal persawahan di Desa Singopuran, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo kini berubah menjadi perumahan. Para pengembang mengincar kawasan tersebut karena dipandang strategis dan prospektif. Foto diambil Jumat (7/6/2013). (Subaryo HB/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Status perkotaan di wilayah Kecamatan Kartasura disambut gembira oleh warga setempat. Harga areal persawahan di wilayah ini menjadi terdongkrak.

Advertisement

Sejumlah desa dan kelurahan pun terus berlomba-lomba dalam menarik para investor agar bersedia menanamkan investasi di wilayahnya masing-masing.

Kades Pucangan, Budiyono, mengatakan daerahnya dipersiapkan menjadi kawasan pendidikan dan perkantoran. Meski di sana adalah areal persawahan, tetapi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sukoharjo, statusnya bisa berubah jadi kuning atau untuk non pertanian.

Advertisement

Kades Pucangan, Budiyono, mengatakan daerahnya dipersiapkan menjadi kawasan pendidikan dan perkantoran. Meski di sana adalah areal persawahan, tetapi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sukoharjo, statusnya bisa berubah jadi kuning atau untuk non pertanian.

“Dengan adanya IAIN Surakarta, kini mulai banyak investor di bidang pendidikan mulai melirik Pucangan,” ujarnya kepada Solopos.com pekan lalu.

Salah satu calon investor itu ialah SMA Islam Terpadu (IT) Nur Hidayah. Menurut Budioyono, sekolah tersebut berencana mengembangkan gedung sekolah di sebelah barat IAIN Surakarta dan segala gedung pendukungnya.

Advertisement

Selain sebagai kawasan pendidikan dan perkantoran, ia menyebutkan beberapa pengembang perumahan juga melirik tanah Pucangan untuk dikembangkan sebagai perumahan.

Sementara ini, kata dia, sudah ada tujuh lokasi perumahan di sebelah timur Markas Grup 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

“Tanah di sebelah barat Jl Solo-Jogja tidak dilirik pengembang karena kondisi tanah di sana labil. Kami masih memiliki lahan seluas 45 hektare yang bisa berubah status menjadi kuning. Sementara 18 hektare lainnya, sesuai RTRW Sukoharjo, harus tetap dipertahankan sebagai lahan hijau. Kebetulan, lokasinya pas di tengah desa,” ujarnya.

Advertisement

Budiyono sangat berharap, kemajuan Kartasura bisa meningkatkan kualitas ekonomi warganya. Soal dampak yang ditimbulkan, Budi yakin hal itu bisa diatasi jika ada perencanaan yang matang sejak dini.

“Misalnya soal tanah makam, Pucangan memiliki delapan lokasi. Soal akses lalu lintas, juga lancar dan aman,” paparnya.

Hal serupa juga terjadi di Desa Kertonatan. Kades Kertonatan, Winarto, mengatakan bahwa wilayahnya diproyeksikan sebagai kawasan pusat permukiman. Meski demikian, pihaknya tak menolak kehadiran industri padat karya yang tak menimbulkan limbah cair.

Advertisement

“Lahan Kertonatan ada 120 hektare. Dari luas tersebut, 40 hektare di antaranya akan digunakan sebagai permukiman,” terangnya.

Sejumlah pengembang perumahan, jelasnya, diakui sudah melirik Kertonatan sebagai lokasi pembangunan. Menurutnya, harga tanah di wilayah itu meningkat dibanding setahun lalu. Sebagai perbandingan, sawah seluas 2000 meter persegi, setahun lalu dihargai Rp500 juta. Sekarang, tanah seluas itu bisa dijual dengan harga Rp700 juta-Rp800 juta.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif