Solopos.com, SOLO –Pengamat Ekonomi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bakal melambat pascakenaikan suku bunga acuan BI Rate, dari 6% menjadi 6,5%.
“Otoritas dalam hal ini Bank Indonesia (BI) sepertinya agak egois, karena lebih memilih mengorbankan sektor rill hanya untuk menjaga inflasi. Padahal, seberapapun besar potensinya, kalau stok beras dan stok pangan aman maka inflasi tetap akan terkendali,” kata Pengamat Ekonomi Perbankan UNS Solo, Lukman Hakim, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Senin (15/7/2013).
Lukman menyampaikan dengan kenaikan BI Rate, uang yang beredar di masyarakat akan semakin sedikit. Perbankan menjadi manja karena lebih memilih menyimpan uangnya di Bank Indonesia dari pada menyalurkannya kepada masyarakat. Kalaupun disalurkan dalam bentuk kredit ke masyarakat, bunga kredit sudah mahal dan bank enggan dengan risiko kredit macet.
“Dampaknya ekonomi akan melambat,” kata Lukman.
Pada kondisi demikian, lanjut Lukman, semestinya pihak Bank Indonesia meningkatkan jumlah uang beredar (JUB) agar posisi uang luas dibanding gross domestic product (GDP) bisa mencapai 100%.
“Saat ini posisinya hanya 30%. Masyarakat kesulitan likuiditas. JUB kita itu sangat rendah karena BI Rate sangat tinggi. Dampaknya, investasi juga akan melambat.”